Yogyakarta, www.gudeg.net - Perjalanan Kiai Nogowilogo dan Kiai Guntur Madu dari Bangsal Ponconiti ke Pagongan Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta ternyata memikat ribuan pengunjung Pasar Malam Sekaten. Tidak hanya warga Yogyakarta namun juga pengunjung dari Jawa Tengah. Endarto dan istri misalnya, mereka datang dari Klaten Jawa Tengah karena belum pernah sama sekali melihat prosesi Miyos Gongso.
"Saya kurang paham mengenai Miyos Gongso, karena rasa ingin tahu yang besar, maka saya dan istri datang kesini meski sudah larut malam," kata pengusaha dibidang mesin bubut tersebut.
Meski sudah lama tahu akan tradisi Sekaten, namun ia belum pernah mengenal secara langsung perjalanan dua gamelan pusaka kraton yang hanya dibunyikan satu minggu selama sekaten itu. Secara umum, Gamelan Sekaten ini memiliki dua fungsi utama bagi Raja sang penguasa, dan Ulama selaku penyebar syiar Islam.
Gamelan bagi Raja merupakan sebuah eksistensi dan pengakuan atas kebesaran dan kekuasaan raja. setelah itu Gamelan juga digunakan sebagai sarana memperkokoh kerajaan serta kolektifitas sosial. Bagi ulama, gamelan ini merupakan sarana untuk penyebaran agama Islam. Fungsi lain bagi masyarakat pun mereka akan mendapatkan kesejahteraan ekonomi, kesehatan jiwa dan raga tak cuma itu Gamelan juga memiliki peran penting dalam menghibur masyarakat. [repository.ui.ac.id]
Mulai sore ini (06/12) gamelan akan ditabuh setelah Shalat Ashar. Akan rehat pada kamis malam hingga hari Jumat (09/12) dan akan mulai ditabuh kembali pada Jumat sore hingga hari Minggu (11/12). Pada hari itu pula, Raja Kraton Yogyakarta Sri Sultan HB X akan membacakan riwayat Nabi Muhammad SAW yang didampingi oleh kerebat kraton di Masjid Gede Kauman. Selanjutnya gamelan dikembalikan lagi ke Kraton. Pagi harinya (12/12), dilaksanakan Grebeg Maulud.
PS : Khusus untuk malam jumat gamelan tidak boleh dibunyikan, hal ini dimaksudkan untuk menghormati umat yang menunaikan Jumatan pada hari jumat.
Kirim Komentar