www.gudeg.net, Yogyakarta - Sate kuda memang belum sepopuler sate ayam atau kambing. Tapi soal rasa, tak kalah nikmat. Coba saja mampir ke Sate Jaran Pak Kuntjoro yang ada di Jalan Kranggan No. 64 A.
Warung ini terbilang pionir dalam kuliner sate kuda di Jogja. Di dinding ruang makannya, terpajang hasil liputan dari beberapa media massa tentang warung sate yang didirikan oleh Tani Kuntjoro pada bulan April 1997 ini.
Setelah memesan, tak lama disajikan satu porsi sate kuda yang berisi delapan tusuk. Sekilas dagingnya mirip dengan daging kambing, namun seratnya lebih tebal. Daging kuda di tempat ini sama sekali tak alot, bahkan empuk.
Satrio Prakosa, putra Pak Kuntjoro yang meneruskan usaha ayahnya sejak 2002 mengatakan, sejak awal ayahnya memilih menggunakan daging bagian has dalam. Menurutnya, jika serat daging dipotong dan diolah dengan benar, daging kuda akan bertekstur empuk. "Ada teknik motongnya juga, supaya pertama, empuk, kedua waktu nusuki juga lebih mudah," katanya.
Daging kuda di sini diolah dengan cara direndam bumbu sehingga bumbu merasuk ke serat daging. Tak heran, rasa gurihnya meresap.
Satrio mengatakan, sebelum berjualan sate kuda, ia dan keluarganya memang telah mengonsumsi daging kuda dengan cara disate, ditongseng, atau dikicik. Daging kuda menurutnya memiliki beberapa khasiat, antara lain untuk menambah stamina dan pengobatan penyakit asma. Selain penikmat daging kuda, banyak juga yang mengkonsumsi daging kuda di sini untuk pengobatan, juga menambah daya tahan tubuh.
Seporsi sate kuda dan di sini harganya Rp 28.000, namun bisa juga jika misalnya pembeli hanya ingin memesan lima tusuk. Ada juga tongseng kuda dengan harga sama. Selain itu, ada juga abon jaran dengan harga Rp 40.000 per ons nya. Warung ini buka dari Senin hingga Sabtu, pukul 11.00 - 20.00.
Kirim Komentar