www.gudeg.net, Yogyakarta - Kuliner yang terdiri dari sari kedelai yang dipadu dengan wedang jahe ini punya beberapa sebutan. Di Semarang, wedang tahu dikenal sebagai tahua, di Solo disebut tahok, dan di beberapa kota lain disebut Kembang Tahu. Musim hujan seperti sekarang, paling pas menyeruput wedang tahu hangat di Jalan Kranggan ini.
Kembang tahu yang terbuat dari sari kedelai, berwarna putih dan lembut, dipadu dengan wedang jahe hangat yang sedikit pedas.
Dengan bahan pokok kedelai, Bu Sukardi, pemilik, meramu kuahnya antara lain dari jahe emprit- jahe yang dikenal pedas, juga rempah-rempah seperti pandan, sere, daun jeruk, dan gula Jawa.
Bu Sukardi berjualan sejak tahun 2009 lalu. Awalnya ia mencari kuliner yang belum ada di Jogja, dan akhirnya memilih wedang tahu. “Saya membeli sambil belajar sendiri. Bertahun-tahun saya coba akhirnya bisa, terus akhirnya buka,” terangnya. Di samping itu, menurutnya wedang tahu memiliki nilai ekonomis tinggi.
Selain menghangatkan tubuh, Bu Sukardi mengatakan bahwa minuman ini memiliki beberapa khasiat, seperti menambah stamina dan mengusir masuk angin. “Untuk ibu hamil, kalau lahir nanti bayinya bisa bersih, rambutnya lebat,” tambahnya.
Setiap harinya, Bu Sukardi ia menyiapkan dagangannya mulai setengah 3 pagi. Secara keseluruhan ia memiliki 6 cabang, antara lain di Jalan Kranggan, Pasar Pathuk, daerah belakang Pasar Colombo, sebelah timur Mirota Godean, sebelum Pasar Godean, dan daerah Jalan Menteri Supeno.
Menurutnya, saat ini anak-anak muda juga menyukai minuman tradisional ini, yang kebanyakan mampir di akhir pekan. Di hari-hari biasa, dalam sehari ia dapat menyajikan 150 porsi, dan bisa sampai 200 porsi di akhir pekan. Bagaimana, tertarik? Semangkuk Wedang Tahu bisa dinikmati dengan harga Rp 6000 saja, dari sekitar pukul 6.00 hingga siang pukul 13.00.
Kirim Komentar