Sosial Ekonomi

Bertahan Walau Kedelai 'Dolar' Merangkak Naik

Oleh : Rahman / Senin, 04 Januari 2021 19:34
Bertahan Walau Kedelai 'Dolar' Merangkak Naik
Taruno (35 tahun) melakukan proses penyaringan tahu secara tradisional di rumah produksinya yang berada di Sentra Industri Tahu Kampung Krapyak X, Desa Moroagung, Seyegan, Sleman, Yogyakarta, Senin (4/1)-Gudeg.ent/Rahman

Gudeg.net- Siapa yang tidak kenal atau siapa yang tidak suka tahu, panganan ringan yang dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan seperti gorengan hingga masakan sayur.

Berbahan dasar kedelai dan melewati berbagai macam proses hingga dapat di konsumsi. Mulai dari pembersihan, perendaman, pemasakan, penyaringan hingga mencetak.

“Kalau dari awal yang bisa mencapai enam jam proses pembuatannya. Yang paling lama itu perendaman bisa sampai enam jam,” ujar Taruno salah satu produsen tahu di Sentra Industri Tahu, Kampung Krapyak X, Desa Moroagung, Seyegan, Sleman, Yogyakarta, Senin (4/1).

Taruno adalah salah satu produsen tahu tradisional yang masih tetap bertahan walau harga kedelai sedang merangkak naik beberapa waktu ini.

Ia melanjutkan usaha keluarga yang telah berdiri sejak 1970 dan masih tetap eksis hingga saat ini. Walaupun diproduksi secara tradisional namun tahu hasil olahannya banyak diminati, dari bakul atau penjual dan konsumen yang datang langsung.

Ruang produksi tahu Taruno tidak terlalu besar, hanya sekitar ukuran 4x6 meter saja. Terdapat dua tungku besar untuk memasak kedelai dan satu tungku penyaringan saja.

“Ya tempatnya hanya sebesar ini, dan sudah cukup buat saya memproduksi tahu. Tapi untuk menggiling saya taruh di samping ruangan,” jelasnya.

Produksi tahu dimulai pada pagi hingga sore hari. Menjelang sore, dua tungku masak terus menyala tiada henti. Asap pembakaran dari kayu bambu dan lainnya cukup membuat mata perih namun tidak menyurutkan semangat Taruno.

Dengan cekatan tanganya memasukan kedelai yang telah menjadi bubur ke dalam saringan berupa kain putih besar untuk menghasilkan air tahu terakhir sebelum dimasak kembali.

Proses penyaringan, Taruno dibantu oleh saudara perempuannya bernama Prapti, karena memang pada proses ini harus dilakukan oleh dua orang.

“Ini sedang menyaring agar jadi bahan pokok tahu berupa air, terus dimasak hingga kental dan siap dicetak kotak-kotak. Ada tahu putih dan kuning (di beri pewarna dari kunyit),” tutur pria tinggi semampai itu.

Bagi dia, walaupun harga beli kedelai naik namun ia tidak mau para pelanggannya kecewa bila tidak punya stok tahu, terlebih penjualan tahu sangat diminati di pasar tradisional.

“Sekarang kedelai mahal mas, dari Rp. 7.000 per kilo jadi Rp. 9.500 per kilo tapi mau gimana lagi walau menjerit, saya harus tetap produksi. Jangan sampai pelanggan kecewa,” ungkapnya.

Untuk kedelai, ia menggunakan kedelai impor dan selalu mempersiapkan stok sekitar 1-2 ton kedelai. Jumlah itu tidak habis secepat pada saat harga kedelai normal.

Baginya kedelai impor dapat dipesan dengan cepat dan hasilnya bisa bertahan lama namun bukan berarti Taruno tidak suka dengan kedelai lokal.

“Kedelai lokal sebenarnya bagus, tapi stoknya tidak ada, mungkin karena sudah jarang yang tanam. Jadi ya, mau tidak mau, kedelai dengan harga dolar inilah yang kami pakai,” kata dia sembari tersenyum.

Dalam sehari, biasanya Taruno memproduksi sekitar 150 Kg namun saat ini hanya sekitar 70 Kg saja dan itu penurunan yang sangat drastis.

“Sekarang cuma bisa ngurangi produksi saja, semua produsen di sentra ini hanya bisa itu, mengurangi dan terus mengurangi produksi. Tapi ini sudah kerja kami, produksi harus tetap berjalan dan mau gimana lagi,” tuturnya.

Kini Taruno dan sejumlah produsen tahu di Sentra Industri Tahu Kampung Krapyak X hanya berharap pemerintah dapat menurunkan harga kedelai turun dan konsumen dapat menikmati kenyal tahu dengan harga standar.


0 Komentar

    Kirim Komentar


    jogjastreamers

    JOGJAFAMILY

    JOGJAFAMILY

    JogjaFamily 100,9 FM


    SWARAGAMA 101.7 FM

    SWARAGAMA 101.7 FM

    Swaragama 101.7 FM


    RETJOBUNTUNG 99.4 FM

    RETJOBUNTUNG 99.4 FM

    RetjoBuntung 99.4 FM


    MBS 92,7 FM

    MBS 92,7 FM

    MBS 92,7 FM


    UNIMMA FM 87,60

    UNIMMA FM 87,60

    Radio Unimma 87,60 FM


    SWADESI ADHILOKA

    SWADESI ADHILOKA

    Handayani FM


    Dapatkan Informasi Terpilih Di Sini