www.gudeg.net, Yogyakarta - Minggu kliwon di Mejing Wetan Gamping tampak dipenuhi oleh sekumpulan orang dengan berbusana adat jawa dengan membawa alat panah. Ternyata rombongan tersebut adalah para anggota dari komunitas jemparingan yang sedang mengadakan gladen (latihan memanah).
Jemparingan sendiri merupakan tradisi panahan jawa kuno yang awal mulanya hanya dilakukan di lingkungan kraton. Namun semakin beriringan waktu tradisi ini semakin banyak diminati oleh segala khalayak. Tradisi ini semakin unik karena busana adat yang dipakai oleh pemanah dan cara memanahnya dengan duduk bersila.
Hingga sekarang sudah banyak komunitas jemparingan yang mulai bermunculan dan tidak hanya di Jawa namun sampai ke luar pulau Jawa.
Gudeg.net sempat berbincang dengan Hafiz Priyotomo selaku sekretaris I di komunitas jemparingan Manunggal Roso yang berlokasi di Jalan Banikan no.18 Mejing Wetan RT 01/RW 07 Ambarketawang Gamping, Sleman. Komunitas yang mulai berdiri pertengahan Agustus 2017 ini muncul karena permintaan dari warga untuk memperkenalkan jemparingan. Namun seiring waktu, anggotanya kini tidak hanya dari warga setempat tapi meluas hingga berbagai daerah. Hingga sekarang sudah beranggotakan kurang lebih 50 orang.
Setiap selapanan atau 35 hari sekali di Minggu Kliwon, mereka membuat acara gladen. Acara ini selain sebagai tempat silahturami para anggota juga sekaligus tempat untuk latihan bersama.
Adapula program class, yang diperuntukan untuk siswa baru yang ingin belajar jemparingan. Dengan membayar uang pendaftaran Rp 50.000 untuk 8 kali pertemuan, siswa mendapatkan fasilitas ikat kepala dan peminjaman alat. Setelah mahir disarankan untuk membeli peralatan pribadi. Bagi yang berminat untuk mendaftar bisa langsung datang ke sekretariat atau menghubungi Sunu di nomor 081325075665.
Hafiz mengungkapkan harapannya “jemparingan ini bisa menjadi program rutin dan diharapkan kegiatan ini bisa meningkatkan wisata lokal, memperbaiki ekonomi desa dengan kerjasama dengan pengrajin produksi alat-alat jemparingan”. Kegiatan ini juga sudah mendapat dukungan dari Bupati dan dari pemerintah desa setempat.
Mulai kongres Oktober 2017, olahraga jemparingan sudah diikuti di seluruh Indonesia. Dari kongres tersebut akkhirnya jemparingan sepakat dijadikan kosakata yang mewakili panahan tradisional dari seluruh Indonesia. Jadi untuk kostumya pun mengikuti, dengan membawa ciri khas masing-masing daerah.
Kirim Komentar