Gudegnet - Tengah berwisata di sekitaran Malioboro sore-sore, dan merasa sedikit haus? Tenang, arahkan saja langkah ke Jalan Ketandan. Di jalan yang identik dengan gelaran Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta tersebut ada es warna-warni nan menyegarkan, es sekoteng.
Es sekoteng ini bersebelahan dengan penjual sate babi, tak jauh dari gapura Kampung Ketandan, utara Ramayana. Tempat berjualannya sederhana, namun pengunjungnya silih berganti.
Dalam semangkuk es yang berharga sepuluh ribu rupiah ini, antara lain ada kolang kaling, cincau, agar-agar, dan tape. Rasanya manis dan segar, lengkap dengan tape ketan hijaunya yang manis dan sedikit asam.
Rusminah, penjual es, menceritakan bahwa ia meneruskan usaha ini dari mertuanya. Es Sekoteng di Ketandan ini telah ada sejak 50 tahun lalu, yakni tahun 1968. Hingga kini rasanya tetap tak berubah. “Tetep kaya gitu terus,” ucapnya ramah.
Tiap tahun saat gelaran PBTY, memperingati tahun bari Imlek, Jalan Ketandan selalu ramai dengan aneka kuliner dan kesenian. Selain di gelaran tersebut juga terdapat penjual kuliner di jalan ini, meski tak terlalu banyak. Antara lain sate babi, Yamie, dan warung yang menyediakan Chinese food.
Ingin mencicipi es segar ini? Es sekoteng buka mulai pukul 17.00 hingga 20.30. “Setiap hari buka, nggak pernah libur. Kecuali perang,” ucap Rusminah sembari terkekeh.
Kirim Komentar