Gudeg.net—Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Mlati memperkirakan awal musim hujan 2018/2019 di DIY akan dimulai di bulan November nanti. Hal ini sejalan dengan prakiraan nasional (seluruh Indonesia).
Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Herizal, dalam siaran pers yang diterima (23/8) menerangkan hasil monitoring yang dilakukan BMKG menunjukkan hingga pertengahan Agustus 2018 hampir seluruh wilayah Indonesia telah memasuki musim kemarau yaitu sebanyak 95.03 persen. Sedangkan sisanya 4.97 persen masih mengalami musim hujan. Adapun musim kemarau diprediksikan akan berlangsung hingga akhir Oktober 2018.
Herizal memaparkan, pantauan BMKG terhadap deret hari tanpa hujan sebagai indikator kekeringan meteorologis awal menunjukkan, deret Hari Tanpa Hujan (HTH) kategori sangat panjang (31-60 hari) hingga ekstrem (>60 hari) umumnya terjadi sebagian besar di Jawa – Bali – Nusa Tenggara, meskipun di beberapa daerah sudah terpantau terdapat jeda hari hujan.
BMKG terus berkoordinasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Pemerintah Daerah, Instansi terkait, dan masyarakat luas untuk terus meningkatkan kesiapsiagaan dan kewaspadaan terhadap potensi kebakaran lahan dan hutan, bahaya polusi udara dan asap, potensi kekeringan lahan dan kekurangan air bersih.
"Yang perlu diwaspadai adalah dampak paparan kabut asap jika sampai terbakar karena sangat berpotensi menganggu kesehatan," ungkap Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati di Jakarta, Kamis (23/8), melalui lansiran BMKG.
Sedang dari Staklim Mlati Yogya sendiri melansir bahwa di November Dasarian (10 harian) I prakiraan awal musim hujan akan meliputi Kabupaten Kulon Progo (Kalibawang, Samigaluh, Girimulyo, Nanggulan Utara, Pengasih Utara, Kokap Barat, Temon Barat), Kabupaten Sleman (Turi, Pakem, tempel, Sleman, Seyegan, Minggir, Mlati, Godean, Ngaglik, Ngemplak Barat, Moyudan Utara, Gamping Utara, Cangkringan Utara).
Pada November Dasarian II prakiraan awal musim hujan meliputi Kabupaten Kulon Progo (Sentolo, Wates, Panjatan, Lendah, Galur, Nanggulan Selatan, Pengasih Selatan, Kokap Timur, Temon Timur), seluruh wilayah Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul (Sedayu, kasihan, Banguntapan, Piyungan, Pajangan, Sewon, Pleret, Bantul, Pandak, Jetis, Bambanglipuro, Srandakan, Sandend, Dlingo Utara, Imogiri Utara, Pundong Barat, Kretek Barat), Kabupaten Sleman (Depok, Kalasan, Prambanan, Berbah, Cangkringan Selatan, Ngemplak Timur dan Selatan), Kabupaten Gunung Kidul (Gedangsari, Ngawen, Semin, Patuk, Nglipar, Karangmojo, Playen Utara, Wonosari Utara, Ponjong Utara, Semanu Utara).
Sedang pada November Dasarian III prakiraan awal musim hujan meliputi Kabupaten Bantul (Dlingo Selatan, Imogiri Timur, Pundong Timur, Kretek Timur), Kabupaten Gunungkidul (Panggang, Paliyan, Saptosari, Tepus, Rongkop, Playen Selatan, Wonosari Selatan, Semanu Selatan, Ponjong Selatan).
Jika dibandingkan dengan rata-rata dari tahun 1981-2010 di seluruh wilayah DIY, awal musim hujan tahun ini mundur 2 dasarian (20 hari). Puncak musim hujan diperkirakan akan terjadi di bulan Januari 2019, kecuali untuk wilayah Temon Barat dan Kokap Barat. Prakiraannya dua tempat tersebut akan memasuki puncak musim hujan pada Desember 2018, dan Sleman (di sekitar Gunung Merapi) akan terjadi pada Februari 2018.
Kirim Komentar