Gudegnet - Jemparingan, olahraga tradisional panahan, makin diminati. Komunitas jemparingan bermunculan, di samping diadakan juga lomba olahraga ini di berbagai daerah. Seperti Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY) yang mengadakan lomba jemparingan dalam rangka Dies Natalis ke-53, Minggu (23/9) lalu.
“Olahraga jemparingan ini semakin lama semakin berkembang peminatnya, dan kita memang berkomitmen untuk tetap menyelenggarakannya di Universitas Atma Jaya Yogyakarta,” kata Ketua Panitia Jemparingan Andreas Wisnu.
Jemparingan diakukan dengan mengenakan busana adat. Berbeda dengan panahan pada umumnya yang dilakukan dengan berdiri, Jemparingan dilakukan dengan duduk bersila.
Dilansir dari kratonjogja.id, asal-usul jemparingan di Kesultanan Yogyakarta atau dikenal sebagai jemparingan gaya Mataram Ngayogyakarta dapat ditelusuri sejak awal keberadaan Kesultanan Yogyakarta. Sri Sultan HB I, raja pertama Yogyakarta mendorong segenap pengikut dan rakyatnya untuk belajar memanah sebagai sarana membentuk watak kesatria.
Dalam lomba di UAJY ini, peserta yang berhasil melesatkan anak panah sampai mengenai bagian sasaran yang berwarna merah mendapat 3 poin, sedangkan peserta yang bisa mengenai bagian sasaran berwarna putih mendapat poin 1.
Bagyo, salah satu peserta lomba mengaku sudah tiga kali mengikuti perlombaan ini. Ia harap lomba ini semakin diminati terutama oleh anak-anak muda.
Nurhartanto, Rektor UAJY mengatakan, selain sebagai upaya melestarikan olahraga tradisional, ajang ini juga untuk mewadahi para atlet yang memiliki talenta khusus dalam Jemparingan. “Olahraga ini harus terus dilestarikan karena ini merupakan warisan bangsa yang sangat luar biasa. Semoga akan semakin banyak yang tertarik untuk mengembangkan olahraga ini dan mau menjadi penyelengara,” ucapnya.
Kirim Komentar