Gudegnet - Gelaran Macapat Massal diselenggarakan di pendopo kantor Dinas Kebudayaan DIY, Kamis (8/11). Macapatan ini diikuti oleh guru dan 500 siswa SMA/ SMK se-DIY.
Masing-masing kabupaten dan kota mengirimkan 100 siswa. Selain siswa, ikut serta pula pemandu dari guru Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Bahasa Jawa, yang berjumlah 50 orang.
Drihardono, Kepala Seksi Sastra Dinas Kebudayaan Yogyakarta mengatakan, acara ini diselenggarakan agar siswa menyenangi Macapat. “Bukan untuk melihat baik buruknya mereka menembangkan Macapat, tapi bagaimana pembinaan kita supaya mereka itu senang Macapat,” ucapnya ketika ditemui Gudegnet di sela-sela acara.
Ia menambahkan, hal ini tak lepas dari pegamatan di lapangan, di mana Macapatan biasanya diikuti oleh peserta berusia lima puluh tahun ke atas.
Pihaknya mengusahakan agar macapat bisa dimasukkan ke pembelajaran di sekolah. Untuk tahun depan, kemungkinan gelaran ini akan melibatkan siswa SD dan SMP.
Gelaran ini tak lepas dari ditetapkannya macapat sebagai warisan budaya di Indonesia khas DIY. “Ketika kita sudah dapat sertifikat itu, itu menjadi tanggung jawab kita. Bukan berarti lalu kita berpuas diri, tapi bagaimana kita mengembangkan,” ucapnya lagi.
Menurut Drihardono, Macapat memiliki kandungan nilai yang dalam, tantang tata nilai, budi pekerti dan lain sebagainya. Kesebelas tembang Macapat menggambarkan perjalanan hidup manusia. Kesebelas tembang tersebut adalah Maskumambang, Mijil, Sinom, Kinanthi, Asmaradhana, Gambuh, Dhandang Gula, Durma, Pangkur, Megatruh, dan Pucung.
Dengan diadakannya kegiatan ini, pihaknya berharap agar masing-masing kabupaten dan kota bisa mengambangkan Macapat di daerahnya masing-masing, dan anak-anak dapat menyenangi Macapatan. “Sehingga macapatan itu bisa berkembang, bisa lestari, dan kemudian di setiap daerah itu ada Macapatan,” tutupnya.
Kirim Komentar