Gudegnet - Olahraga tentunya amat baik untuk kesehatan. Meski begitu, tetap harus diwaspadai potensi dehidrasi akibat kehilangan cairan tubuh.
“Dehidrasi adalah keadaan dimana terjadi kehilangan cairan tubuh akibat berkeringat maupun beraktivitas pada cuaca yang panas,” kata Dr. Muhammad Ikhwan Zein, Sp,KO, dokter spesialis olahraga Rumah Sakit Jogja International Hospital (JIH) dalam siaran pers terkait diskusi mencegah dehidrasi saat berlari yang diadakan Sabtu (17/11).
Diskusi tersebut diselenggarakan menjelang Borobudur Marathon yang dilaksanakan Minggu (18/9). Dalam diskusi tersebut, hadir pula Head of Business Unit Beverages Nestlé Pure Life Tani Sulaeman sebagai official mineral water partner Borobudur Marathon.
Dokter yang juga dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY tersebut menyampaikan, rata-rata manusia mengeluarkan cairan tubuh sebesar 1500 – 3000 cc per hari. Ketika berolahraga, jumlah cairan akan lebih banyak lagi, terlebih bila olahraga dilakukan diluar ruangan dengan cuaca yang panas.
Lebih lanjut ia mengatakan, tanda-tanda yang dialami seseorang ketika mengalami dehidrasi akut antara lain merasa lemas, pusing, kebingungan, mual dan ingin pingsan. Hilangnya cairan tubuh ini juga ditandai dengan urin yang berwarna gelap dan frekuensi buang air kecil yang jarang.
Apabila gejala dehidrasi tersebut terus dibiarkan, akan memicu risiko cedera panas yang lebih serius, yaitu heat stroke yang dapat menyebabkan komplikasi lanjutan berupa kerusakan ginjal bahkan kematian.
Gejala umum dari cedera panas ini sangat bervariasi, mulai dari lemas, mulut terasa kering, mual, kejang, hingga pingsan. Karena itu ia mengingatkan pelari harus tetap menjaga asupan cairan sebaik mungkin. “Rasa haus merupakan indikator yang paling buruk, kalau anda sudah haus berarti anda sudah dehidrasi”, tambahnya.
Kirim Komentar