Gudeg.net - Menanggapi guguran lava yang terjadi empat kali 23 November lalu, Deputi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BNPB, Bernardus Wisnu Widjaja, M.Sc menyatakan bahwa sistem peringatan dini atau early warning system (EWS) Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) selalu dipantau ketat.
“Early Warning System yang telah dipasang itu dipantau terus menerus oleh PVMBG. Pusat penelitian yang ada di sini (Yogya) adalah yang terlengkap di Indonesia,” ungkapnya di sela Rapat Koordinasi Forum Penanggulangan Risiko Bencana 2018 di Sahid Rich Hotel (26/11).
Wisnu juga mengungkapkan bahwa Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY dan Jawa Tengah cukup kuat. Rencana kontijensi dan latihan-latihan kerap dilakukan untuk menghadapi bencana.
“Yang kami minta dari masyarakat adalah dengarkan pusat vulkanologi. Jangan dengarkan hoaks yang mengakibatkan kepanikan. Karena kepanikan adalah awal mula bencana. Kalau memang harus evakuasi, BPBD akan memberitakan dang menangani,” ujarnya lagi.
Pada tanggal 24 November lalu, BPPTKG mengeluarkan pernyataan resmi bahwa telah terjadi guguran lava pijar sebanyak empat kali menuju bukaan kawah, hulu Kali Gendol. Jarak luncur maksimal 300 meter, terjadi pada pukul 19.05 WIB.
Intensitasnya dinyatakan rendah dengan potensi material yang kecil dan belum termasuk membahayakan bagi penduduk.
BPPTKG Yogyakarta berharap agar masyarakat tetap tenang dan beraktivitas seperti biasa. Masyarakat yang berdomisili di KRB III diimbau untuk mengikuti informasi pertumbuhan kubah dan guguran lava.
Masyarakat umum diperbolehkan menyaksikan aktivitas guguran lava dalam jarak aman, yaitu radius 3 kilometer dari puncak.
Kirim Komentar