Gudeg.net— Semenjak letusan freatik pertama Merapi pada 11 Mei 2018 lalu, status gunung berapi aktif ini masih berada di Level II atau ‘Waspada’. Sampai saat ini perhatian masyarakat masih tertuju pada aktivitas Merapi yang terpantau membentuk kubah lava pada 18 Agustus 2018 lalu.
Data kegempaan periode pengamatan 4 September 2018, pukul 00:00-24:00 WIB menunjukkan bahwa gempa guguran terjadi 7 kali, amplitudo 1-12 mm, dengan durasi 8.4-25.36 detik. Hembusan terjadi 37 kali, besar amplitudo 1-20 mm dengan durasi 9.8-29 detik. Low Frequence terjadi 10 kali, besar amplitudo 1-12.5 mm, dengan durasi 6.84-15.76 detik. Sedangkan Hybrid/Fase Banyak terjadi sejumlah 13 kali, besar amplitudo 1-13 mm, s-p 0.67-0.98 detik, dan durasi 6-9.96 detik.
Gempa vulkanik dangkal terjadi dua kali, besaran amplitudo 45-75 mm, dengan durasi 16.16-33.4 detik. Gempa tektonik lokal terjadi 2 kali, amplitudo sebesar 1.5-2 mm, S-P 0.98-1.01 detik, dengan durasi 27.48-28.08 detik. Sedangkan gempa tektonik jauh terjadi 4 kali, amplitudo 1.5-3 mm, S-P 17.68 detik, durasi 76.24-90.28 detik.
Analisis 31 Agustus-6 September mencatat pada tanggal 4 September lalu teramati asap putih, tebal dengan tekanan gas lemah. Asap ini setinggi 25 meter, dan teramati dari Pos PGM Selo. Berdasarkan analisis morfologi, tidak terjadi perubahan morfologi selain di puncak.
Pertumbuhan volume kubah lava terpantau menurun ke angka 2.500 m3/hari. Angka ini masuk dalam kategori rendah. Volume kubah lava saat ini 93.000 m3 dan dalam posisi stabil. Catatan deformasi menunjukkan, pengukuran EDM menghasilkan jarak baseline RK2 (sektor bagian selatan) sebesar 6506,97 m, dan RB 1 (sektor barat laut) sebesar 4044,84 m. Baseline GPS Selo-Pasar Bubar sebesar 4259,202 m. Dari data tersebut menunjukkan bahwa tidak ada perubahan signifikan.
Kirim Komentar