Gudeg.net— Usai ditemukan kubah lava baru di permukaan Gunung Merapi (18/8), hari Kamis (23/8) teramati munculnya awan lentikular. Awan ini dikenal berbahaya untuk dunia penerbangan, tetapi sejauh ini tidak mempengaruhi jadwal penerbangan di Jogja.
Sedang pertumbuhan kubah lava teramati hingga Selasa (21/8), volume kubah lava sebesar 14.000 m3 dengan pertumbuhan rata-rata perhari sebesar 1.500 m3. Pada Rabu (22/8) pertumbuhan kubah lava meningkat menjadi sebesar 18.000 m3, dengan pertumbuhan volume 4.600 m3/hari. Posisi kubah stabil, dengan laju pertumbuhan rendah.
Munculnya kubah lava menandai fase erupsi magmatik Gunung Merapi dimulai dengan erupsi cenderung bersifat efusif. Pertumbuhan kubah lava ini termasuk dalam kategori rendah dan bersifat stabil.
Status Gunung Merapi sendiri masih pada level II atau ‘Waspada’. Penduduk yang berada di Kawasan Rawan Bencana III harus tetap meningkatkan kewaspadaan.
BPPTKG mengimbau, “Agar masyarakat tidak terpancing isu-isu menganai erupsi Gunung Merapi yang tidak jelas sumbernya.”
Awan lentikular sendiri adalah awan yang di dalamnya berisi uap air. Karena berbentuk seperti lensa maka disebut ‘lentikular’. Awan ini terbentuk akibat aliran udara yang melewati penghalang, misalnya pegunungan, lalu menyebabkan terjadinya pusaran. Awan lentikular dapat menyebabkan turbulensi yang kuat bagi pesawat-pesawat yang terbang dekat dengan puncak pegunungan.
Pagi ini, Jumat (24/8) via PGM Kaliurang pukul 06.00 WIB, visual Merapi cerah, suhu udara di 18.3 °C, kelembaban 78 %rh, pressure 919.9 hpa, kec angin 1.1 km/jam ke arah utara.
Kirim Komentar