Gudegnet - Wedang hangat ini terletak tak jauh dari gapura batas Yogyakarta dan Sleman di Jalan Magelang. Sejak buka di sore hari, pembeli nampak datang silih berganti di warung dengan tenda berwarna oranye ini.
Candra, penjual wedang bajigur ini menceritakan, sebenarnya ia tak menamai khusus warungnya. “Biasanya orang menyebut wedang bajigur batas kota,” ucapnya di sela melayani pembeli, Kamis (20/12) sore.
Dalam semangkuk wedang ada kelapa muda, kolang-kaling, roti, dan pandan. Rasanya kuahnya tak pedas, namun hangat dan terasa pas dengan isian-isiannya.
Warung ini buka mulai sekitar 17.15 atau 17.30 hingga 20.00. Terkadang ia juga melayani pesanan. “Kalau ada pesanan tutup. Tapi berusaha buka setiap hari,” tuturnya. Terkadang ia memang membuatkan pesanan, misalkan untuk instansi-instansi.
Candra berjualan bajigur sejak tahun 2009, dan menempati tempatnya sekarang berjualan sejak tujuh setengah tahun yang lalu.
Sedikit cerita, awalnya Candra bekerja di kantor. Ia lalu memutuskan keluar dan membuka usaha ini. “Suka (bajigur) dari kecil. Dulu tahun 1980-an itu banyak yang jual bajigur di Jogja, tapi seiring waktu kok jarang peminatnya,” ucapnya.
Ia menceritakan, wedang ini juga banyak ditemui di Jakarta. “Biasanya mereka didorong. Tapi jenisnya beda, biasanya nggak ada isinya. Paling pol kelapa muda," katanya
“Kalau Jogja, mesti ada tambahan roti, itu pasti. Terus ditambah kolang kaling. Jadi ada unsur isine ronde,” ucapnya sembari terkekeh.
Menurutnya, bajigur Jogja cenderung tidak terlalu pedas, dibandingkan dengan bajigur Sunda atau Jakarta. “Taste nya kaya Sunda, tapi lebih soft, dan cenderung lebih manis,” terangnya.
Setiap harinya ia membawa bajigur untuk sekitar 200 porsi. Harganya murah saja, Rp 6000 per porsi. Tertarik wedangan di antara Sleman dan Jogja?
Kirim Komentar