Gudeg.net - Belalang, serangga yang kerap dianggap hama oleh petani pohon jati di Gunungkidul ini ternyata kaya akan manfaat, dan memiliki beragam jenis kandungan nutrisi penting. Seperti protein, vitamin, asam lemak esensial dan mineral. Selain kadar proteinnya tinggi, juga mengandung beragam jenis mineral seperti kalsium, magnesium, potassium, sodium, fosfor, zat besi, zinc, mangan dan tembaga. Sedangkan kandungan vitaminnya beragam mulai dari vitamin A, B, B1, B2, B6, E dan C, asam folat hingga berbagai jenis asam lemak.
Serangga ini sering ditangkap dan dijual dalam bentuk belalang goreng. Peminatnya pun lumayan banyak . Namun bagaimana ceritanya apabila Belalang tersebut diolah menjadi Bakpia?
Di tangan lima mahasiswa prodi pendidikan kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial UNY yaitu Yohana Paramita, Wisnu Listiantoko, Ahmad Arif Aldy, Prasetyo Fitriana Eka Putrid an Bagus Nursahit, mampu menyulap belalang tersebut menjadi olahan Bakpia.
Proses pembuatan Bakpia Belalang terbagi menjadi dua yaitu, pembuatan kulit dan isi bakpia. “Kulit bakpia terbagi atas kulit luar dan kulit dalam” papar Arif. Kulit luar terbuat dari tepung, gula, air dan garam yang dicampur dan dipipihkan. Sedangkan kulit dalam terbuat dari campuran tepung dan margarin kemudian dipipihkan.
Bahan yang dibutuhkan gula, garam, cabai, rempah-rempah, minyak sayur dan mentega. Untuk isi bakpia, belalang dibersihkan dari kotoran, dicuci dan tiriskan. Masukkan dalam panci kemudian direbus dengan bumbu dan air. Belalang rebus kemudian digoreng dan diblender kasar, campur dengan bumbu varian rasa. Setelah dicampur dengan tepung jadilah isi bakpia. Isi bakpia ini kemudian dibentuk bulatan kecil, dibungkus kulit dalam dan kulit luar kemudian dioven selama 15 menit. Dibalik setelah 5 menit dan dioven kembali dalam suhu 185 derajat. Setelah matang dikeluarkan dari oven dan bakpia belalang siap dikonsumsi.
Yohana Paramita mengungkapkan,” Karena saya sendiri kebetulan tinggal di Gunungkidul, dan melihat belalang banyak dimanfaatkan masyarakat untuk dijadikan lauk. Namun lambat laun wisatawan yang datang ke Gunungkidul menjadi tertarik dengan belalang. Kemudian kami juga melihat bahwa oleh-oleh khas jogja yaitu bakpia hanya di dominasi rasa kacang hijau coklat dan keju. Akhirnya kami mencoba memadukan keduanya,” tuturnya.
Dan untuk saat ini bakpia belalang tersebut belum dipasarkan karena masih dalam tahap penelitian dan masih terkendala di biaya, namun kedepannya ada pemikiran untuk dikembangkan kesana.
Kirim Komentar