Gudeg.net- Sedari pagi puluhan abdi ndalem Keraton Yogyakarta Hadiningrat pria dan wanita telah berkumpul di Petilasan Almarhum Mbah Maridjan di Dusun Kinahrejo Desa Umbulharjo Kecamatan Cangkringan Yogyakarta, Minggu (7/4).
Puluhan abdi ndalem Keraton tersebut akan melaksanakan sebuah prosesi upacara adat sakral Labuhan Alit Merapi yang akan diselenggarakan di Pos Dua Srimanganti yang berada di lereng Gunung Merapi.
Prosesi upacara dalam rangka memperingati Tinggalan Jumeneng Dalem atau Naik Tahta Sri Sultan Hamengkubuwono X yang ke-30 ini diawali dengan memanjatkan puji dan doa keselamatan agar upacara Labuhan Merapi dapat berjalan dengan lancar.
Tepat pada pukul 06.30 WIB seluruh abdi ndalem yang diikuti oleh ratusan warga ini memulai perjalanan dengan membawa sejumlah ube rampe dari Keraton yang telah disiapkan dan diinapkan di Petilasan Mbah Maridjan satu hari sebelumnya.
Ube rampe yang terdiri dari Sinjang Limarang, Sinjang Cangkring, Semekan Gadung, Semekan Gadung Mlati, Kampuh Poleng Ciut, Dhestar Dara Muluk, dan Paningset Udaraga. Ubo rampe lainnya adalah satu wadah sela (kemenyan), ratus (taburan menyan) dan iisah konyong (minyak wangi), yatra tindhih (uang tindih) satu amplop serta ses wangen (rokok harum) sebanyak 10 biji.
Seluruh ube rampe disatukan kedalam kotak kayu untuk dibawa ke Pos Srimanganti dimana tempat utama prosesi Labuhan dilangsungkan. Pos atau yang sering disebut Bukit Srimanganti sekitar 1,5 km dengan jarak tempuh berkisar 1,5-2 jam perjalanan mendaki Merapi.
Prosesi ini di pimpin langsung oleh Juru Kunci Gunung Merapi Mas Kliwon Suraksohargo Asihono atau yang akrab disapa dengan Mas Asih yang tidak lain adalah anak dari (alm) Mbah Maridjan.
“Yang ikut ritual Labuhan Merapi tahun ini sepertnya lebih banyak dari tahun lalu, mungkin karena Merapi saat ini dalam status Waspada, warga ingin berdoa bersama aggar Merapi tenang,” ujarnya.
Sebelum tiba di Pos Srimanganti, rombongan akan berhenti sejenak di Pos Satu Merapi untuk memanjatkan doa sejenak sebelum meneruskan perjalanan hingga Pos Dua Srimanganti. Tiba di Srimanganti abdi dalem langsung menuju sebuah petilasan berbentuk deretan batu bernama Sela Dampit.
Pada Sela Dampitlah ritual dimulai, seorang pemimpin doa atau rois membakar kemenyan dan menabur bungan disekeliling. Dan mulai mengeluarkan satu persatu ube rampe untuk dibacakan doa. Untuk bagian terakhir para abdi dalem mempersiapkan sejumlah makan kecil bagian dari ube rampe yang terdiri dari nasi putih, srundeng, suwir ayam dan lainya untuk dibagikan kepada warga yang mengikuti ritual tersebut.
Sekitar pukul 10.00 ritual selesai dan seluruh abdi dalem beserta warga turun kembali ke Petilasan Mbah Maridjan.
Mas Asih mengatakan, ritual ini kita memohon kepada Tuhan agar Merapi terus menjadi sumber kehidupan bagi masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya.
“Masyarakat harus bersyukur kepada Alloh karena telah diberikan kehidupan lewat Merapi, seperti menanam sesuatu disekitar Merapi untuk kepentingan kita.Dan ini juga sebagai ritual keseimbangan antara manusia, alam dan Tuhan,” ujar Mas Asih seusai melaksanakan ritual Labuhan Merapi .
Kirim Komentar