Gudeg.net- Pagi baru menunjukan sinarnya di ufuk timur namun sejumlah abdi dalem Keraton Yogyakarta terlihat sudah sibuk mempersiapkan uba ramp
Uba rampe yang dibawa dalam labuhan kali ini adalah sejumlah benda pusaka milik Raja Keraton Yogyakarta. Ube rampe akan dibawa menuju Pos II Alas Bedengan atau Petilasan Srimanganti Gunung Merapi.
Terdiri dari kain Sinjang Cangkring, Sinjang Kawung Kemplang, Semekan Gadhung, Semekan Gadhung Melati, Semekan Banguntulak, Kampuh Poleng Ciut, Dhestar Daramuluk dan Paningset Udaraga.
“Ube rampe akan dibawa dengan berjalan kaki oleh para abdi dalem Keraton Yogyakarta untuk dilabuh. Namun untuk kali ini hanya abdi dalem saja yang boleh naik karena masih pandemi,” ujar Juru Kunci Gunung Merapi, Mas Wedana Suraksohargo Asihono di Petilasan Mbah Maridjan, Pendopo Kinahrejo,Cangkringan, Senin (15/3).
Labuhan Merapi merupakan ritual yang dilakukan untuk memperingati Naik Tahta atau Jumenengan Raja Keraton Yogyakarta ke-33 menurut Kalender Jawa dan kali ini digelar dengan sangat sederhana.
Labuhan juga memiliki makna ungkapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat berupa perlindungan keselamatan dan kesejahteraan,sekaligus sebagai simbol menjaga keselarasan hidup manusia dengan Tuhan, sesama, dan lingkungan.
Setelah melantunkan doa, sekitar pukul 06.30 WIB, rombongan yang terdiri dari 30 orang abdi dalem dan relawan mulai berjalan menelusuri jalan setapak tanah.
Rombongan yang dipimpin langsung oleh Juru Kunci Mas Wedana yang biasa disapa Mas Asih tersebut akan berjalan sekitar kurang lebih dua jam perjalanan hingga Petilasan Srimanganti.
“Memang labuhan ini dari Keraton dibatasi hanya para abdi dalem dan relawan saja yang boleh ikut naik ke Srimanganti. Lagipula saat ini Merapi sedang dalam status Siaga, jadi ya harap maklum dan dapat dimengerti,” jelasnya.
Padahal sebelumnya ratusan warga dan puluhan awak media telah menunggu untuk dapat ikut serta dalam prosesi Labuhan Merapi di Petilasan Srimanganti.
Tetapi warga hanya pasrah dan mengikuti arahan dari Mas Asih yang sempat berhenti di Tugu Rudal untuk memberikan arahan agar untuk tidak ikut serta.
“Kami mohon maaf dengan situasi ini dan mohon agar dapat diimengerti dan ditaati. Dan selama berada dilingkungan petilasan Mbah Maridjan untuk tetap menerapkan protokol kesehatan,” ungkapnya.
Setelah memberikan arahan, Mas Asih dan rombongan langsung melanjutkan perjalanan menuju Petilasan Srimanganti, yang berada sekitar 2 Km dari puncak Gunung Merapi.
Kirim Komentar