Seni & Budaya

FKY: Dari Kesenian Jadi Kebudayaan, Ini Alasannya

Oleh : Trida Ch Dachriza / Rabu, 26 Juni 2019 18:23
FKY: Dari Kesenian Jadi Kebudayaan, Ini Alasannya
Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Aris Eko Nugroho memeberikan potongan tumpeng penanda pergantian nama kepada Ketua Umum FKY 2019, Paksi Raras Alit (25/6) di Pendopo Disbud DIY-Gudegnet/Trida

Gudeg.net— Festival Kebudayan Yogyakarta (FKY) akan segera digelar 4-21 Juli 2019 mendatang. Pergantian nama dari Kesenian menjadi Kebudayaan turut menghilangkan angka 31 yang seharusnya disandang Festival Kesenian Yogyakarta tahun ini. Angka tersebut menandakan 31 tahun festival tersebut berjalan.

“Perubahan nama ini mengacu pada undang-undang yaitu Perda No.3 Tahun 2017,” jelas Kepala Dinas Kebudayan (Disbud) DI Yogyakarta, Aris Eko Nugroho di Pendopo Disbud saat jumpa media FKY 2019 (25/6).

Peraturan daerah istimewa (Perdais) ini mengatur tentang penyelenggaraan dan pengembangan kebudayaan. Prinsipnya hampir sama dengan UU pemajuan kebudayaan.

Dalam UU tersebut ada sepuluh objek kebudayaan, dalam Perdais ada tujuh. Menurut Aris, perubahan ini sebenarnya sudah mulai dilakukan sejak pelaksanaan FKY tahun lalu. Namun, akronim ‘K’ dalam FKY baru berubah tahun ini.

Paksi Raras Alit, Ketua Umum FKY 2019 mengatakan, “Konsekuensi nyata dari perubahan nama tersebut adalah festival ini tidak hanya fokus pada seni saja.”

Festival yang banyak dinantikan warga Yogya dan bahkan dari luar Yogya ini pun akhirnya akan mencakup banyak hal, memasukkan obyek kebudayaan lainnya. Obyek yang dimaksud seperti teknologi, bahasa, adat istiadat, tradisi luhur, benda, dan tentu saja obyek kebudayaan berupa seni.

Peresmian pergantian nama ini ditandai dengan pemotongan tumpeng di Pendopo Disbud Selasa, 25 Juni 2019.

FKY, Eni Lestari, Wahyudi, Pandowoharjo
Kepala Bidang Pemeliharaan dan Pengembangan Adat, Tradisi, lembaga Budaya, dan Seni Dra. Y. Eni Lestari Rahayu memeberikan tumpeng pada Lurah Desa Panggungharjo, Wahyudi (25/6).

FKY tahun ini membawa tema MULANIRA: ruang | ragam | interaksi. Tema ini memiliki makna “Kembali ke asal mula: Apa yang sebelumnya ditetapkan, mengalami pergeseran yang menuntut kemampuan jawaban tiap generasi”.

Hal tersebut dipandang mampu menggambarkan kondisi Yogyakarta sebagai ruang yang terbuka terhadap ragam gagasan dan kebudayaan, di mana kemudian terjadi interaksi-interaksi yang akhirnya membentuk karakter kebudayaan Yogyakarta yang memiliki watak terbuka, ramah, toleransi, dan luwes.


0 Komentar

    Kirim Komentar


    jogjastreamers

    SWARAGAMA 101.7 FM

    SWARAGAMA 101.7 FM

    Swaragama 101.7 FM


    JOGJAFAMILY 100,2 FM

    JOGJAFAMILY 100,2 FM

    JogjaFamily 100,9 FM


    RETJOBUNTUNG 99.4 FM

    RETJOBUNTUNG 99.4 FM

    RetjoBuntung 99.4 FM


    SOLORADIO 92,9 FM

    SOLORADIO 92,9 FM

    Soloradio 92,9 FM SOLO


    UNISI 104,5 FM

    UNISI 104,5 FM

    Unisi 104,5 FM


    JIZ 89,5 FM

    JIZ 89,5 FM

    Jiz 89,5 FM


    Dapatkan Informasi Terpilih Di Sini