Gudeg.net- Seusai mendapatkan gelar kehormatan Empu Ageng di Bidang Fotografi Jurnalistik, Wartawan Senior Oscar Motuloh yang sekaligus Direktur dari Galeri Foto Jurnalistik ANTARA (GFJA) menggelar pameran tunggal fotografi di Galeri RJ Katamsi ISI Yogyakarta, Jum’art (20/9).
Pameran Tunggal Empu Ageng Oscar Motuloh yang bertajuk "mataWaktu" ini menampilkan ratusan karya-karya fotografi hitam putih yang tergabungg dalam Trilogi Kematian, “Voice of Angkor” (1995), “Art of Dying” (1997), dan “Soulscape Road” (2007).
Karya Trilogi Kematian merupakan karya-karya milik Oscar Motuloh yang telah dikenal oleh khalayak banyak khususnya pencinta fotografi.
Kurator Pameran Tunggal mataWaktu Mikke Susanto mengatakan, kemunculan kembali karya-karya ini bukan semata sebagai pameran (semi) retrospeksi (belaka), sekaligus juga bukan pameran karya-karya terbaru.
“Disini tidak bicara tentang pameran foto lama atau foto terbaru melainkan pameran seorang Empu Ageng, dimana terdapat benang merah dari ketiganya, yaitu kematian yang dapat diartikan dalam banyak aspek,” ujarnya.
Mikke menjelaskan, menelisik trilogi kematian karya Oscar menjadi bukti pertautan banyak hal, mulai dari persoalan politik, sosial, budaya, kemanusiaan hingga lingkungan.
Dan bila dilihat dari sudut pandang pemasaran benda seni, topik itu kurang laku untuk dijual karena Oscar hanya ingin memberikan hidupnya untuk berkarya tentang masa lalu dan masa depan manusia.
“Karya-karyanya tercipta sebagai upaya untuk membantu kita, memulihkan jalan pikiran tentang kealpaan atas akhir hayat itu sendiri. Karena pada dasarnya setiap orang berhak atau boleh memilih, bermimpi, dan mengatur kisahnya masing-masing, meski takdir yang menentukan,” jelasnya.
Dalam Pameran Tunggal Empu Ageng Oscar Motuloh ini, ditampilkan 63 karya foto trilogi kematian. Karya-karya foto ini juga bersanding dengan mural MATAWAKTU karya Graphic Victims feat. Kampret Liang Mata kolaborasi Oscar dengan Anatman.id, serta Lini Masa yang mengisahkan jejak karya Oscar, baik sebagai fotografer jurnalistik ataupun kurator Museum dan Galeri Foto Jurnalistik Antara (GFJA).
“Di mata Oscar, objek berserak di sekitar kematian, bencana, dan tragedi menjelma sebagai narasi, tuturan sekaligus akar persoalan dari segalanya: akar kematian, akar kehidupan, dan akar persilangan antara hidup dan mati,” tutur Mikke.
Pameran Tunggal Empu Ageng Oscar Motuloh yang bertajuk mataWaktu ini akan berlangsung hingga 28 September 2019 di Galeri RJ Katamsi ISI Yogyakarta.
Kirim Komentar