Gudeg.net—Arif Hanungtyas memamerkan 23 karya lukisnya dalam pameran tunggal yang dihadirkan oleh Artotel Yogyakarta.
Pameran dengan judul “Resurgence” ini dibuka di ROCA resto (10/10) dan dipamerkan di ruang pamer, lobi Artotel Yogyakarta hingga 24 November 2019 mendatang.
Hanung, panggilan akrabnya, menggunakan impresi memori sebagai latar belakang dan inspirasi untuk karya-karyanya. Berangkat dari fotografi lanskap yang juga ia geluti, karya-karyanya berupa lukisan lanskap yang non-figuratif atau abstrak dan didominasi warna-warna monokrom.
“Seiring waktu dalam hidup saya, saya menyadari kalau saya orang yang pleupa. Saya melukis tempat-tempat dalam memori saya sebagai inspirasi,” ungkap Hanung saat pembukaan (10/10).
Namun, tempat-tempat yang ia kunjungi ini—walaupun nyata—dilukis berdasarkan memorinya. Jadi bukan sesuatu yang persis seperti apa tampilannya di alam aslinya.
Besar di desa membuat Hanung sering bertemu dengan sawah dan bukit serta bentangan alam luas yang tidak terganggu terganggu bangunan modern.
Hanung juga mengakui bahwa keadaan psikologi yang ia alami saat melukis juga banyak mempengaruhi pemilihan warna dalam karyanya.
Ia bercerita bahwa campuran emosi dengan kadarnya masing-masing membuat satu emosi yang unik. “Misalkan saya marah pada si A, marahnya saya pada saat kejadian, lalu satu jam kemudian, lalu tiga hari kemudian akan berbeda,” cerita Hanung.
Jika ia melukis satu hal yang sama, di tiga waktu berbeda tersebut, hasilnya akan berbeda, terutama dalam hal pemilihan warna. Ia menyebutnya sebagai distorsi perasaan.
Menurutnya lagi, saat berkarya, secara psikologis manusia tetap dipengaruhi oleh apa yang ia alami dan lihat. Ia mencotohkan kembali franchise film blockbuster Hollywood, “Alien”.
Walaupun sosok alien dalam film tersebut dedesain dengan apik dan teliti, tetap saja ada unsur humanoid dalam desain tersebut.
Resurgence sendiri secara harfiah berarti lahir kembali atau muncul kembali. Hanung memaknainya sebagai kemunculan kembali tempat-tempat ini melalui karyanya yang telah melalui distorsi memori dan distorsi perasaan.
Arif Hanungtyas adalah seniman lulusan pendidikan seni rupa Universitas Negeri Yogyakarta. Ia mengawali karirnya pada tahun 2013 dalam suatu pameran dengan karya berjudul “Imaji Hiu dalam Lukisan”.
Dalam masa enam tahun berproses, kali ini merupakan kesempatannya untuk merekam sekaligus menjadi pameran retrospektif selama ia berkarya sejak 2016 lalu.
“Karya-karya yang dipamerkan hanung lebih kepada memori ingatannya secara personal. Sehingga melalui pameran ini, pengunjung diajak untuk memahami bagaimana ia membentuk persepsi akan karyanya,” ujar Windi Salomo, Art Director Artotel Group.
Kirim Komentar