Gudeg.net- Pengarsipan sebuah karya baik lukisan maupun lainnya menjadi hal yang penting bagi seorang seniman karena akan menjadikan sebuah pengingat dalam berproses seni.
Hal tersebut diungkapkan oleh Klowor Waldiyono saat menggelar konferensi pers pameran tunggal dirinya di Jogja Galery Jalan Pekapalan No.7 Alun-alun Utara Yogyakarta, Selasa (17/12).
“Bagi saya pengarsipan atau pendokumentasian karya menjadi catatan budaya bagi seorang seniman seni rupa yang tidak akan pernah hilang dari masa ke masa,” ujar Klowor Waldiyono.
Klowor Waldiyono merupakan seorang seniman asal Yogyakarta yang telah berkarya mulai dari bangku Sekolah Menegah Pertama hingga saat ini. Lukisan-lukisan bergaya ekspresionis dengan tema alam dan kehidupan lingkungan menjadi fokusnya.
“Pameran Retrospeksi atau kilas balik ini menjadi edukasi bagi diri saya untuk tetap rendah hati dan sebagai pengingat bahwa menjadi pelukis bukanlah hal yang main-main,” jelasnya.
Pada pameran seni rupa ynag mengangkat tema Hidup Berkesenian ini Klowor memajang sekitar 140 karya lukisan retrospeksi yang terdiri dari 90 lukisan cat minyak dan 50 karya sketsa.
"Seluruh lukisan yang terpajang merupakan hasil karya perjalanan karir melukis saya selama 30 tahun. Untuk ukuran lukisan berfariatif mulai dari besar hingga sketsa kecil," ungkapnya.
Lukisan berukuran besar mengenai letusan Gunung Merapi merupakan salah satu kebanggaan dirinya. Letusan Merapi beberapa tahun lalu menjadi inspirasi kuat baginya untuk dituangkan ke dalam kanvas.
“Saya suka dengan alam, petualangan, ketika orang menggambarkkan letusan Merapi adalah bencana yang mengerikan, saya menampilkan sisi indah bahkan ceria dari letusan itu. Paduan warna menarik saya pakai pada lukisan itu,” jelas lulusan Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta itu.
Pria yang bergaya cukup nyentrik ini telah menyelenggarakan sejumlah pameran di dalam maupun luar negeri diantaranya Pameran Tunggal Hitam Putih (1995), Siklus dan Sirkus Klowor (2011), Colour(s) of Klowor (2013), Terrestial Paradise Limanjawi (2016).
Penulis dalam Pameran Retrospeksi Raihul Fadjri mengatakan, Klowor adalah seniman yang tidak habis akan ide-ide karya lukisnya.
“Ia adalah seniman yang tidak lelah berproses termasuk ketika ia mendokumentasikan karya-karyanya dari awal berkarya hingga saat ini. Dan tidak banyak seniman yang melakukan hal tersebut,” kata dia.
Fadjri mengungkapkan, kekuatan dari sebuah garis yang Klowor torehkan ke atas kanvas menjadikan efek tersendiri dalam karyanya. Perumpamaan sebuah garis panjang maupun pendek dapat menjadi sangat luar biasa ditangannya.
“Ketika sebuah garis hanya menjadi pelengkap namun ditangan Klowor garis menjadi sebuah urutan hasil karya yang akan indah dan sedap dipandang mata. Tidak ada bagian yang kurang dari sebuah garis yang ia torehkan keatas kanvas,” ungkap mantan wartawan Tempo itu.
Bagi Fadjri, Klowor termasuk salah satu seniman yang paham akan kehebatan dan kemampuan dirinya sendiri. Nilai-nilai lokal yang diangkat selalu bersentuhan dengan pribadi yang elok dan diekspresikan ke dalam gaya ia berkomunikasi.
“Klowor bukan seniman yang terjebak dalam “kecamuk” pada karya seni rupa yang saat ini riuh memainkan isu-isu universalisme dan globalitas,” tuturnya.
Pameran yang akan berlangsung dari tanggal 17 Desemeber 2019 hingga 5 Januari 2020 di Jogja Galeri ini akan memanjakan mata para pengunjung dengan warna-warna cerah yang menarik khas garis kuas Klowor Waldiyono.
Kirim Komentar