Gudegnet—Sangat personal dan penuh haru. Dua kata tersebut nampaknya pas disematkan untukmenggambarkan konser mini Reda Gaudiamo yang dipersembahkan Podomoro di Kedai Kebun Forum (KKF), Jumat (28/12).
Walaupun hari itu cukup deras hingga menjelang konser, tak surut semangat penggemar msuikalisasi puisi untuk datang menyaksikan Reda yang kini memainkan guitarlele (gitar kecil) sambil bernyanyi.
“Selamat malam, terima kasih banyak untuk semua yang sudah menembus hujan untuk datang. Padahal hujan tidak berhenti sejak sore tadi,” buka Reda di aula KKF.
Sejak Ari Malibu meninggal dunia Juni 2018 lalu, Reda memang memainkan sendiri instrumennya. Reda menilai kemampuan gitarnya ‘D minus’ sambil tertawa.
Pertunjukan dimulai dengan masalah teknis yang ditanggapi dengan santai dan jenaka oleh Reda. Penonton pun tak keberatan dan ikut tertawa bersamanya.
Masalah teknis tidak berhenti di satu kejadian saja. Beberapa masalah teknis menghiasi pertunjukan malam itu. Mungkin akan menjadi skandal di panggung-panggung besar dan megah.
Namun kejadian-kejadian kecil ini justru mendekatkan penonton dengan Reda dan penampilannya selama satu setengah jam ke depan.
Beberapa masalah teknis ini justru mengingatkannya pada Ari dan membagikan kisahnya dengan penonton.
“Saat bersama Ari, masalah baterai seperti ini urusan Ari. Saya sudah tau beres, tinggal manggung. Mungkin sekarang dia ada di pojokan ngetawain saya,” kelakar Reda saat baterai gitarnya habis.
Ia bercerita tentang bagaimana ia selalu ‘galak’ jika Ari membuat intro yang mirip dengan lagu mereka yang lain. Kini ia merasakan betapa sulitnya membuat intro lagu.
Kisah paling menyentuh adalah saat ia bercerita tentang album ‘Perjalanan’ yang di rekam di studio Sangkar Emas, Yogya. Menurutnya susunan lagu dan materi dalam album tersebut sekaan-akan isyarat tentang kepergian Ari.
“Lagu terakhir dalam album itu berjudul ‘Selesai’. Dengan lagu tersebut AriReda selesai,” ceritanya.
Album ini merupakan musikalisai puisi karya Todung Mulya Lubis. Selain menulis puisi, Todung adalah seorang pengacara, aktivis hak asasi manusia yang sekarang menjadi Duta Besar Indonesia untuk Norwegia.
Ditemui setelah pertunjukan, Reda mengakui bahwa ia sangat grogi untuk tampil sendiri. Ia bercerita bahwa aneh untuk menyanyikan lagu-lagu AriReda tanpa Ari.
“Perbedaan terbesar untuk saya adalah sepi. Saya merasa sangat sepi,” ungkapnya. Ia memiliki proyeksi di kepalanya seperti apa seharusnya bunyi-bunyi keluar dan bagian-bagian yang ia nyanyikan.
Tapi bukan bunyi itu yang keluar, melainkan suara ia seorang diri. Tampil berdua sejak 1982, tentu bukan hal mudah harus banting stir menjadi penampil solo.
Reda sedang merencanakan proyek solo. Ia juga punya rencana untuk berkolaborasi dengan musisi-musisi lain. Ia juga punya rencana untuk mengeluarkan dua album AriReda yang belum sempat dirilis saat Ari masih ada.
AriReda adalah duo folk yang terbentuk di tahun 1982. Mereka menyanyikan lagu-lagu milik John Denver, Simon and Garfunkel, dan lainnya.
Pada tahun 1987, Sapardi Djoko Damono dan Fuad Hassan (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan kala itu) menjalankan proyek apresiasi seni untuk mengenalkan puisi lewat lagu.
Sejak saat itu, musikalisasi puisi melekat pada AriReda. Ari Malibu sendiri meninggal pada 14 Juni 2018 lalu karena kanker tenggorokan. Dalam akun media sosial resminya, Reda mengungkapkan kematian Ari merupakan hari paling kelabu dalam hidupnya.
Kirim Komentar