Gudeg.net—Tak habis cara berkesenian walaupun di tengah pandemi. Tak dapat bersua, daring pun jadi. Kali ini Bentara Budaya Yogyakarta (BBY) menyajikan Perjamuan Puisi bersama Joko Pinurbo, Rabu (13/5).
Penyair lawas ini berbicara mengenai inspirasi, berproses, dan berkarya lewat diskusi live di media sosial Instagram yang dipandu oleh Koordinator BBY, Ni Made Purnamasari.
“Di jalan berkelok dilandai buku//Lima kilometer menuju uwuwu//Minah menggigil sendirian mengarungi dingin waktu,” tutur Joko Pinurbo membacakan salah satu puisi favoritnya, "Jalan Minah". Puisi ini terdapat dalam buku puisi “Perjamuan Khong Guan” yang terbit bulan 26 Januari 2020.
Puisi ini dibacakannya setelah seorang penonton menanyakan siapa sosok Minah dalam Buku Perjamuan Khong Guan sesungguhnya. Sebanyak 21 puisi didedikasikan untuk tokoh bernama Minah tersebut.
Jokpin, panggilan akrabnya, bercerita bahwa dalam tiga tahun berproses untuk buku tersebut, ia kesulitan menemukan tokoh untuk puisinya.
“Lalu saya browsing internet. Saat itu—sampai sekarang, ya—sedang demam film Korea. Saya menemukan artis Korea yang namanya Min Ah. Saya pakai namanya untuk tokoh di puisi saya,” ceritanya.
Ia menekankan, tidak ada hubungannya artis Shin Min Ah dengan Minah dalam puisinya. Hanya nama saja yang ia pakai dan ia Indonesiakan.
Mengalun cerita dari pertanyaan yang diajukan Ni Made Purnamasari yang biasa dipanggil Mbak Pur, Jokpin terus mengungkapkan bahwa pandemi ini membuat ia susah menulis.
Konsentrasinya pecah karena memikirkan bagaimana bertahan hidup. Bagaimana dapat terbebas dari rasa takut yang berlebihan. Belum lagi memikirkan kebutuhan-kebutuhan elementer.
“Berkahnya untuk saya, pandemi memberikan banyak ide yang suatu saat nanti bisa dijadikan karya,” ungkapnya.
Ia mengaku sudah memiliki cukup banyak tabungan untuk menulis. Menjaga diri tetap kreatif di masa pandemi memang merupakan ujian bagi creator. Tapi menurutnya, pandemi memberikan wawasan baru baginya mengenai persoalan hidup.
Tidak semerta-merta kejadian masa kini Jokpin tumpahkan dalam karya berupa puisi dan langsung selesai. Ia menjalani proses yang cukup panjang dari zigot ide menjadi karya utuh.
Menurutnya, proses menulisnya tidak menarik bahkan mungkin melelahkan bagi orang lain. Proses ini dapat memakan waktu berhari-hari hingga berbulan-bulan. Walaupun begitu, bukan mustahil suatu ide menjadi karya dengan cepat.
“Saya menunggu sampai saya benar-benar siap. Jika saya mendapat ide dari suatu peristiwa, saya diamkan dulu. Saya pikirkan,” ungkapnya lebih jauh.
Baginya, yang penting adalah bersentuhan dengan tulisan setiap hari. Tidak harus menulis, membaca pun sudah bersentuhan. Membuka gawai, ia lalu menelusuri file-file miliknya. Membaca satu per satu calon-calon tulisannya.
Jika lama tidak bersentuhan dengan tulisan, saat memulai ia merasa kaku dan asing. Ia menghendaki saat ia siap menulis lanjutan karyanya, ia sudah siap mengeksekusi. Dengan begini, ia terus menjaga kelenturan pikirannya.
Penikmat puisi pun dapat berharap suatu saat dapat menikmati karya-karya cerdas nan jenaka milik Jokpin bercerita tentang pandemi dari sudut pandang pria kelahiran Sukabumi ini.
Kirim Komentar