Gudeg.net- Terowongan lintas bawah tanah atau underpass yang berada pada area bawah Bandara Yogyakarta Interntional Airport (YIA) Kulonprogo resmi dioperasikan pada 31 Januari 2020 lalu.
Terowongan yang diresmikan oleh Presiden Joko Widodo ini merupakan underpass terpanjang dan terbaik di Indonesia.
Untuk membuktikannya, Tim GudegNet mencoba terowongan yang berada di Jalan Nasional Jalur Pantai Selatan, Selong, Palihan, Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Jum’at (7/2) lalu.
Menurut dari data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) underpass ini memiliki panjang total panjang sekitar 1,436 kilometer yang terbagi atas dua bagian.
Bagian yang tertutup atau slab sepanjang 1,095 kilometer dan bagian terbuka sepanjang 341 meter.
Selain itu underpass ini memiliki lebar 18,4 meter dan tinggi 5,2 meter. Terbagi atas empat jalur utama yaitu dua jalur mengarah ke barat dan dua jalur ke timur.
Pembangunan terowongan ini merupakan penyambung Jalur Daendels pesisir Selatan di wilayah Kecamatan Temon, Kulonprogo yang terputus dampak dari pembangun YIA.
Jalur Daendels pesisir Selatan melewati lima provinsi, yakni Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, dan Jawa Timur.
Underpass yang dibuat sebagai penghubung dua desa yaitu Desa Glagah dan Desa Paliyan, Temon, Kulonprogo tersebut memiliki sejumlah keunikan.
Ketika memasuki terowongan YIA dari arah Desa Glagah jalur agak menurun. Pengendara akan disambut dengan ornamen Kalamakara dengan relief sepasang burung pada bagian atas terowongan.
Kalamakara adalah bentuk wajah raksasa yang kerap ditemui pada sejumlah candi. Terdapat juga tulisan Underpass Yogyakarta International Airport bercat kuning dengan dasar hijau cukup besar pada bagian bawah Kalamakara.
Pada bagian dalam sejumlah fasilitas mulai terlihat seperti CCTV, rambu lalu lintas yang cukup lengkap, penerangan jalan, pompa antisipasi banjir, alat sirkulasi udara hingga separator pembatas dua jalur yang berlawanan.
Ada sesuatu yang cukup unik ketika memasuki terowongan salah satunya imbauan untuk tidak melebihi batas berkendara 40 Km per jam. Imbauan yang keluar dari sejumlah pengeras suara tersebut merupakan suara asli dari Menteri PUPR Basuki Hadimujono.
"Hati-hati, 40 km per jam. Nyalakan lampu,” kalimat imbauan dari Menteri PUPR Basuki Hadimujono tersebut terdengar sepanjang terowongan.
Selain imbauan, ada juga hal unik lainnya yaitu terdapat sejumlah ornamen patung dengan bentuk berupa tarian tradisional daerah DIY.
Konsep yang diusung ialah Gerak Gumerah yang berarti simbol karakter masyarakat Yogyakarta yang dinamis, optimis dan berkembang penuh semangat.
Tarian itu diantaranya tari Angguk dengan jumlah sekitar 51 patung pada bagian sisi Selatan dan 54 patung Tari Jathilan pada bagian sisi utara.
Konsep pengadaan patung tersebut merupakan usulan dari Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X. Sedangkan pembuat patung ialah seorang seniman lulusan Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta berdarah Bali, I Made Widya Diputra.
Patung yang terbuat dari bahan resin ini memiliki tinggi sekitar 3 meter dan lebar antara 1 hingga 2,5 meter. Diletakan dengan rapi berjarak sekitar 8-10 meter antar patung satu dan lainnya hingga pintu keluar terowongan.
Melihat dari fasilitas dan keindahannya, terowongan YIA memang layak untuk disebut sebagai terpanjang dan terbaik di Indonesia.
Terlebih terintegrasi dengan Bandara YIA, menghubungi terminal 2 dan terminal 3 dengan empat pintu di masing-masing jalur pada dua arah ini.
Secara keseluruhan waktu yang dibutuhkan untuk melewati underpass ini berkisar antara 10-15 menit dengan kecepatan sekitar 40-60 km/jam dengan armada sepeda motor.
Namun pengendara harus tetap berhati-hati karena terowongan ini juga digunakan oleh para warga denga cara bersepeda. Belum lagi dengan adanya sejumlah pengendara yang berhenti untuk mengabadikan momen dengan ponsel maupun kamera.
Direktur Jenderal (Dirjen) Bina Marga Sugiyartanto mengatakan, dengan terowongan ini jalur pantai selatan Jawa atau Pansela terhubung kembali.
“Pansela yang dikenal juga dengan jalur Daendels ini terputus mulai dari Jalan Nasional Desa Glagah di sisi timur dan Desa Palihan di sisi barat dan kini tersambung kembali,” ujar Sugiyartanto beberapa waktu lalu.
Sugiyartanto berharap, keberadaan terowongan ini dapat memperlancar jalur transportasi darat dari dan menuju bandara YIA. Selain itu juga dapat meningkatkan sektor pariwisata yang menunjang sejumlah kota disekitarnya.
Kirim Komentar