Gudeg.net—Penuh tawa, haru, dan kenangan. Seratus hari kepergian Djaduk Ferianto memang dilaksanakan sedemikian rupa sehingga betul-betul menjadi perayaan kehidupannya. Acara ini dikemas dalam acara pertunjukan yang dinamakan 'Ibadah Musikal'.
Beberapa eulogi disampaikan dengan sangat indah, namun tetap jenaka. Sardono Waluyo Kusumo, Butet Kartaredjasa, Soimah Pancawati, dan James F. Sundah adalah beberapa orang yang bercerita mengenai kenangan, kelucuan, dan pikiran mereka untuk Djaduk.
“Ini adalah ibadah yang tidak ada hubungannya dengan agama, ndak bikin repot,” kelakar Butet, kakak Djaduk Ferianto saat memberi eulogi di TBY (25/2).
Ia melanjutkan, bahwa ini adalah ibadah di antara teman-teman untuk memberi jalan bagi Djaduk sebagai jalan menuju surga, “…jangan-jangan ada beneran,” kelakarnya lagi.
Orang-orang yang ikut hadir merayakan nampak penuh hingga ke pelataran Taman Budaya Yogyakarta (TBY). Acara diadakan di Concert Hall, tetapi banyaknya orang yang tidak tertampung membuat panitia memasang layar besar di luar agar tetap dapat diikuti orang yang kehabisan undangan.
Penampilan Tashoora featuring Kua Etnika sangat menginspirasi dan apik. Gusti, pembetot bass di Tashoora sekaligus anak sulung Djaduk tidak berkata apa-apa. Penampilannya bersama teman satu band-nya sudah mewakili kata-kata.
Penampilan berikutnya adalah Kua Etnika yang membawakan beberapa nomor. Mereka sekaligus untuk pertama kalinya memperdengarkan tiga lagu baru yang akan dibawakan di Jazz Festival Afrika Selatan di Cape Town 27 Maret 2020 mendatang.
Dua di antaranya merupakan lagu yang berangkat dari siulan Djaduk yang disimpan dalam telepon genggamnya. Setidaknya salah satu siulan tersebut merupakan melodi yang Djaduk temukan saat ia berkunjung ke Cape Town bersama Butet tahun lalu.
Kedua karya ini berjudul ‘Dua Benua’ dan ‘Angin Gunung’. Lagu lainnya adalah komposisi baru yang Kua Etnika ciptakan untuk menghantar kepergian Djaduk. Nomor ini diberi judul ‘Nguntapke’.
Sebelum membawakan ‘Angin Gunung’ yang epik, vokalis Kua Etnika, Silir Pujiwati menyampaikan, “Semoga kesejukan angin gunung bisa menyertai kita semua dan menyejukkan Pak Djaduk di surga.”
Idang Rasjidi yang dijadwalkan hadir ternyata tidak dapat hadir. Namun, kejutan lain adalah kemunculan dan penampilan James F. Sundah.
James adalah salah seorang sahabat baik Djaduk yang kini tinggal di Amerika Serikat. James Freddy Sundah dikenal setelah memenangkan lomba cipta lagu remaja tahun 1977 dengan membawa lagu ‘Lilin-lilin Kecil’.
James menyayikan lagu yang dinyanyikan Chrisye tersebut dengan diiringi lampu kilat dari telepon genggam hadirin. Seisi Concert Hall pun ikut bernyanyi bersama James yang muncul dari tengah-tengah penonton.
“Malam ini sangat mengharukan tapi juga membanggakan. Kami memang sepakat untuk terus bergembira dan menjaga energi kreativitas, juga mood,” ujar Purwanto, pemain bonang, reong, dan pamade di Kua Etnika sat ditemui usai pertunjukan.
Penampilan Soimah Pancawati yang juga merupakan teman baik dari Silir Pujiwati seperti yang diharapkan orang-orang, rancak, jenaka, dan powerful.
“Saya gak mau nangis untuk Pak Djaduk,” ujar Soimah. Ia meneruskan hanya satu kata untuk Pak Djaduk, lalu Soimah mengumpat. Umpatan memang biasanya tanda kedekatan hubungan dalam banyak budaya. Penampilan Syaharani dan Endah Laras juga mengisi malam penuh makna ini.
Penampilan Mucichoir dari Komunitas Jazz Mben Senen mengiringi penampilan Nunung Deni Puspitasari yang membawakan penggalan sajak Agus Noor yang dinyanyikan dalam pertunjukan Para Pensiunan 2049.
“Dari debu menjadi debu. Dari ada menjadi tiada,” bunyi bait pertama lirik tersebut. Sungguh mengharukan. Beberapa penonton nampak menitikkan air mata. Namun keharuan berhenti saat pemain Teater Gandrik muncul dengan lagu rancak dan berjoget bersama.
Tidak berhenti di situ, seluruh pengisi acara lalu menyusul keluar memberi penghormatan dan bernyanyi bersama diiringi canda tawa dan senyum lebar. Acara pun berakhir dengan gembira.
RM Gregorius Djaduk Ferianto meninggal 13 November 2019 lalu di kediamannya. Diduga kepergiannya yang mendadak ini disebabkan oleh serangan jantung.
Kirim Komentar