Gudeg.net- Djaduk Ferianto mungkin sudah meninggalkan kit, namun kita yang ditinggalkan hendaknya mewarisi apinya bukan hanya abunya.
Itu disampaikan oleh Butet Kartaredjasa, kakak dari (alm) Djaduk Ferianto dalam pertunjukan Ibadah Musikal 100 Hari Djaduk Ferianto di Taman Budaya Yogyakarta (TBY), Selasa (25/2).
“Di sini kita harus dapat melepas Djaduk dengan senyum, tidak ada lagi sedih dan nangis. Kita berikan jalan terbaik bagi dia untuk menuju surga,” ujar Butet Kartaredjasa pada pidato sambutannya.
Butet juga menyempatkan diri untuk bercerita tentang betapa sulitnya mengikhlaskan kepergian sang adik kesayanganya itu.
“Walaupun sudah 100 hari namun belajar ikhlas tetap saja sulit, dan itu yang saya dan kawan-kawan lain rasakan, susah dan sangat sulit melupakan almarhum,” ceritanya.
Butet menambahkan, banyak yang masih menangis ketika teringat almarhum, berkumpul, latihan atau pun datang ke makamnya. Terlihatnya saja gagah-gagah namun ketika masuk studio semuanya tetap sedih.
“Maka untuk hari ini saya paksa teman-teman berjanji agar tidak sedih, agar happy dan tidak termehek-mehek lagi. Biar Djaduk pergi dengan senang,” tambahnya.
Butet yang hadir mewakili keluarga besar Bagong Kussudiardja beserta istri Djaduk Ferianto, Bernadette Ratna Ika Sari yang akrab dipanggil Petra mengucapkan terimakasih atas terlaksananya acara ini.
“Ini acara ibadah buat Djaduk, ibadah yang tidak ada kaitannya dengan agama dan saya berterimakasih pada KuaEtnika dan teman lainnya atas terselenggaranya acara 100 hari kepergian almarhum,” tutur Butet.
Ibadah Musikal dibuka oleh penampilan grup band Tashoora berkolaborasi dengan Kuaetnika membawakan tembang Tatap dan dilanjutkan oleh penampilan energik dari penyanyi jazz ternama Syaharani.
Dalam penampilannya, Kuaetnika juga membawakan sebuah komposisi baru yang berjudul Nguntapke yang artinya memberangkatkan.
“Komposisi Nguntapke, khusus kami ciptakan untuk memberangkatkan dengan ikhlas Pak Djaduk tempat peristirahatan terakhir,” ujar Silir Pujiwati, vokalis KuaEtnika.
Sementara sahabat Djaduk, James F Sundah yang hadir didaulat membawakan sebuah lagu dan terpilih lagu Lilin-Likin Kecil ciptaannya sendiri.
“Saya tidak sempat mengantarkan Djaduk ke tempat peristirahatannya, maka hari ini saya sempatkan untuk datang,” ucap James F Sundah.
James mengungkapkan, dirinya akan membantu proses hak cipta atau copy rights dari seluruh karya Djaduk Ferianto di Amerika.
“Kita akan kumpulkan semua karya, baru proses hak cipta. Tujuannya agar sama dengan seniman atau musisi di luar negeri, karena Indonesia harus bangga akan keberadaan musisi seperti Djaduk Ferianto dan KuaEtnika,” ungkapnya.
Acara yang berdurasi dua jam lebih dihadiri juga para musisi yang sekaligus sahabat dari almarhum Djaduk Ferianto seperti Syaharani, James F Sundah, Soimah, Endah Laras, Teater Gandrik, Tashoora dan lainnya.
Kirim Komentar