Gudeg.net- Raja Keraton Yogyakarta Hadiningrat Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X resmi buka Pameran busana Abalakuswa: Hadibusana Keraton Yogyakarta di Pagelaran Keraton, Sabtu (7/3).
Pameran dalam rangka memperingati Jumenengan Dalem atau Naik Tahta ke-31 tahun (kalender Masehi) raja Yogyakarta ini digelar mulai 7 Maret hingga 4 April 2020.
Dalam pidato sambutannya Sri Sultan HB X mengatakan, pameran ini merupakan ragam sejarah dan peristiwa yang terekam dalam guratan busana Keraton Yogyakarta.
“Pameran ini merekam jejak sejarah terjadinya akulturasi peradaban dengan Wastra Eropa yang mewarnai pola berbusana kita,” ujar Sri Sultan HB X.
Sultan mengungkapkan, dalam busana Keraton terdapat sarat keunikan sekaligus daya tarik yang menggoda. Banyak filosofis dan ajaran kehidupan yang terkandung wastra Keraton yang memiliki denyut aktualitas.
“Dengan segala keistimewan itu mudah-mudah dapat menarik minat kaum milenial untuk datang. Saat ini Keraton sudah masuk tahap era digitalisasi dimana memuliakan generasi baru bangsa dan semesta,” jelasnya.
Pameran ini menampilkan berbagai variasi busana di lingkungan Keraton Yogyakarta melalui wujud aslinya,dokumentasi foto, dan naskah.
Ketua Panitia Tingalan Jumenengan Dalem Gusti Kanjeng Ratu Hayu mengungkapkan, kata Abalakuswa berarti rangkaian busana kebesaran.
“Abalakuswa menjadi ruh dari pameran yang erat dengan rekam jejak kekuasaan ini. Selain itu, busana juga menjadi ruang ekspresi politik bagi setiap periode kekuasaan para raja dahulu,” ungkap GKR Hayu.
GKR Hayu melanjutkan, para bangsawan menggunakan busana sebagai penentu identitas dan strata sosial. Hal itu terjadi pada Pangeran saat pemerintahan Sultan Hamengku Buwono VI hingga VIII yang memiliki kreativitas luas dalam mengembangkan motif batik.
“Bagi Keraton motif batik adalah tanda kebesaran raja, seperti Parang Rusak Barong yang cenderung baku dan bersifat stagnan. Namun para Pangeran memberi nuansa lain pada motif parang sehingga lahirlah varian motif parang yang beraneka ragam,” lanjutnya.
Melalui pameran busana kali ini, para pengunjung diharapkan dapat melihat kembali sejarah panjang dari peradaban Keraton Yogyakarta.
“Dengan menghadiri pameran ini, masyarakat dapat menyelami identitas budaya khas Yogyakarta melalui rupa-rupa busana. Selain itu dapat menebar inspirasi dan nilai positif bagi masyarakat luas,” harap salah satu putri dari Sri Sultan HB X itu.
Pada pembukaan pameran ditampilkan juga fragmen wayang orang Golek Menak lakon Jayengrana Jumeneng Nata yang dibawakan oleh KHP Kridhamardawa.
Selain pameran, digelar juga berbagai kegiatan seperti lokakarya dan diskusi seputar busana, batik, tarian dan wayang orang.
Kirim Komentar