Gudeg.net- Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono (HB) X kembali hadir dalam program Sultan Menyapa Jilid 9, Selasa (16/6) dengan mengangkat tema Hidupkan Birokrasi yang Melayani.
Sultan menginginkan Aparatur Sipil Negara (ASN) bukan sekadar istilah, tetapi juga mengubah tata pemerintahannya, dari Abdi-Negara ke Abdi-Masyarakat.
Menurut Sultan dalam programnya kali ini, sumber Filosofi ASN itu adalah dari “Dilayani” menjadi “Melayani” dan bukan sekadar kerumunan pekerja kantoran, tapi insan peradaban sarat empati.
Kepala Bagian Humas Biro Umum Humas dan Protokol Setda DIY, Ditya Nanaryo Aji memaparkan maksud dari program Sultan Menyapa Jilid 9.
ASN sebagai garda birokrasi juga harus ikut belajar, ASN harus selalu memutakhirkan pengetahuan dan strategi menghadapi era normal baru yang mau tidak mau harus dilalui.
“ASN harus benar-benar memahami konsep Memasuh Malaning Bumi, yaitu merawat dan melanjutkan kehidupan dengan modal sosial, Mangasah Mingising Budhi, belajar menjadi insan berilmu dan bernurani,” papar Ditya Nanaryo Aji, Selasa (16/6).
Tatanan Normal Baru dapat diibaratkan sebagai upaya membangun kembali jalan peradaban. Berbagai kendala harus disikapi sebagai peluang untuk belajar dan berinovasi.
Seluruh pihak harus logis dan cerdas menyikapi tatanan baru yang akan dilalui dengan berpikir multidimensional dan bangun kerja bersama lintas sektor dan lintas ekosistem. Tepikan kompetisi, dan mulai untuk berkolaborasi.
Ditya menjelaskan, hakikat dan nilai peradaban adalah manusianya, termasuk perangkat-perangkat pemerintah dan masyarakat seperti ekosistem birokrasi, eksosistem akademik dan ekosistem budaya-sosial-kemasyarakatan.
“Adaptasi menuju new normal harus dilakukan serempak, bersama-sama, saiyeg saeka praya, saiyeg saeka kapti. Semua harus dapat berkomitmen bersama dalam menjalankan protokol-protokol kesehatan dan sosial,” jelasnya.
Menurut Ditya, langkah awal yang dapat dijadikan alat bagi birokrasi adalah membangun kepekaan sosial dan mau mendengarkan.
Sesanti luhur Sukeng Tyas Yen Den Hita mengajarkan bahwa mendengarkan dan menerima masukan adalah cara terbaik dalam upaya memulai tatanan kehidupan dan masyarakat.
ASN diharapkan dapat bertransformasi menuju birokrasi yang melayani dengan empat modal yang harus dimiliki yaitu Kewasisan, Taberi, Budi Rahayu, dan Kasarasan.
Kewasisan adalah kepandaian atau kompetensi, Taberi, rajin dan telaten, Budi Rahayu, perilaku yang baik dan Kasarasan, sehat jiwa dan raga.
Itulah modal utama reformasi birokrasi. Konsisten mencapai target kinerja, setia kepada kebijakan yang telah dicanangkan, Setya tuhu ing pangawulan; Sregep marang pagawean kang wus winajibake.
Kirim Komentar