Gudeg.net- Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta sekaligus Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X mengatakan, seluruh warga DIY harus sabar dan tawakal menjalani musibah corona.
“Di masa tanggap darurat bencana virus corona ini, kita harus menghadapinya dengan sikap sabar-tawakal, tulus-ikhlas, pasrah lahir-batin, disertai ikhtiar yang berkelanjutan,” ujar Sri Sutan HB X seusai acara Sapa Aruh Sri Sultan Hamengku Buwono X: Cobaning Gusti Allah Awujud Virus Corona di Kompleks Kepatihan, Senin (23/3).
Sultan berpesan bagi seluruh warga DIY, bencana corona ini berbeda dengan musibah gempa yang pernah terjadi 2006.
“Sekarang ini, musibah virus corona itu tidak kasat mata, dapat memasuki badan dan kita tidak bisa melihat. Menyerangnya pun dengan cara yang tidak terduga oleh karenannya harus waspada,” pesan Ngarsa Dalem.
Sultan yang kali ini bertindak juga selaku Raja Keraton Yogyakarta, memberikan pesan atau maklumatnya dengan menggunakan dua bahasa yaitu bahasa Indonesia dan Jawa.
Berikut isi maklumat Sri Sultan HB X terkait penyebaran virus corona di DIY dalam bahasa Indonesia:
Assalammualaikum wr wb...
Semoga kedamaian, keberkahan, dan rahmat Tuhan Yang Maha Esa senantiasa meryertai kita semua, para warga Yogyakarta, juga anak-anakku yang sedang belajar di rumah.
Saudara-saudaraku semuanya,
Saya, Hamengku Buwono, pada hari-hari ini yang sarat akan ketidakpastian, yang digambarkan oleh Pujangga Wekasan, Ranggawarsito, dalam Serat Kalatidha, suasana tidha-tidha yang sulit diramal, penuh rasa waswas, saya mohon para warga agar bersama- sama memanjatkan doa ke haribaan Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, agar kita diberi petunjuk di jalan lurus-Nya, kembali pada ketenteraman lahir dan batin.
Di masa tanggap darurat bencana virus corona ini, kita harus menghadapinya dengan sikap sabar-tawakal, tulus-ikhlas, pasrah lahir-batin, disertai ikhtiar yang berkelanjutan.
Sama seperti juga bagi saya, yang berkewajiban menjadi pamong praja beserta pamong rakyat Yogyakarta, harus berpegang teguh pada ajaran Jawa: "Wong sabar rejekine jembar, Ngalah urip luwih berkah".
Suasana dualistis ini ibarat mata uang logam, di balik "bahaya" ada "peluang bagaikan pedang bermata dua, bisa untuk "membunuh musibah" atau "bertahan hidup".
Islam mengajarkan, di balik cobaan hari ini selalu ada berkah yang datang kemudian.
Kemudahan memang tampak enak, dan bisa membuat orang terlena. Di mana seorang pengemudi mobil mengantuk? Bukan di jalan sulit dan sempit, tetapi di jalan raya yang mulus.
Pepatah Jawa mengatakan: "kesandhung ing rata, kebentus ing lawang."
Saudara-saudaraku warga Yogya semuanya,
Berbeda dengan bencana gempa tahun 2006 yang kasat-mata, sekarang ini, virus corona itu jika memasuki badan, tidak bisa kita rasakan, dan menyerangnya pun tak terduga-duga. Menghadapi hal itu, kita selayaknya bisa menjaga kesehatan, laku prihatin, dan juga wajib menjalankan aturan baku dari sumber resmi yang terpercaya. Saya yakin, karena rakyat Yogyakarta memiliki kadar literasi yang tinggi, tentu bisa membedakan mana yang berita hoaks serta mana-mana yang benar dan nalar.
Pepatah Jawa kembali mengatakan: "Gusti paring dalan kanggo uwong sing gelem ndalan".
Karena itu strategi mitigasi bencana non-alam ini, DIY belum menerapkan "lockdown' melainkan "calmdown" untuk menenangkan batin dan menguatkan kepercayaan diri, agar eling lan waspada. Eling atas Sang Maha Pencipta dengan laku spiritual: "lampah" ratri, zikir malam, mohon pengampunan dan pengayoman-Nya.
Waspada, melalui kebijakan "slowdown", sedapat mungkin memperlambat merebaknya pandemi penyakit corona, dengan cara reresik diri dan lingkungannya sendiri- sendiri. Kalau merasa kurang sehat harus memiliki kesadaran dan menerima kalau wajib "mengisolasi diri" pribadi selama 14 hari sama dengan masa inkubasi penyakitnya.
Jaga diri. Jaga keluarga. Jaga persaudaraan. Jaga masyarakat, dengan memberi jarak aman, dan sedapat mungkin menghindari keramaian jika memang tidak mendesak betul. Bisa jadi kita merasa sehat, tapi sesungguhnya tidak ada seorang pun yang bisa memastikan bahwa kita benar-benar sehat. Malah bisa jadi kita yang membawa bibit penyakit.
Karena itu saya mengingatkan pada pepatah Jawa lagi: "Datan serik lamun ketaman, datan susah lamun kelangan". Pesan saya singkat: "Waspadalah dan berhati-hatilah, Saudara-saudaraku!"
Doaku buat seluruh warga: "Sehat, sehat, sehat! Semoga Gusti Allah berkenan meridhai. Aamiin.
Terima kasih.
Kirim Komentar