Sosial Ekonomi

Panen Raya di Kalisuci, Sutrisna Wibawa Rintis Kebun ''Cerdas Air''

Oleh : Trida Ch Dachriza / Senin, 24 Agustus 2020 11:02
Panen Raya di Kalisuci, Sutrisna Wibawa Rintis Kebun ''Cerdas Air''
Sutrisna WIbawa membawa lidah buaya hasil panen raya dengan sistem Kebun Cerdas Air, Sabtu (22/8)/dok. UNY

Gudeg.net—Problema ketercukupan air di Gunungkidul selalu menjadi momok bagi petani dalam mengembangkan pertanian. Walau begitu, rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Sutrisna Wibawa bersama warga Kalisuci Semanu menggelar panen raya atas kebun cerdas air.

Satu ton hasil tani dengan berbagai jenis tanaman mulai dari padi, sawi, selada, hingga lidah buaya ini, disebut cerdas air karena mampu menyesuaikan keadaan air Gunungkidul.

 Saat kemarau, air yang digunakan sedikit. Sedangkan saat hujan deras, maka sistem kebun cerdas air akan menyerap air cukup banyak.

"Inilah yang disebut tanaman cerdas air, dan eksekusinya cepat sekali. Ide yang saya cetuskan beberapa bulan lalu, ditindaklanjuti oleh Pak Wagiyo (pengelola Gabungan Kelompok Tani di Semanu), dan kini sudah panen dengan hasil yang luar biasa," ungkap Sutrisna, Sabtu (22/8) dalam rilis resmi yang diterima Gudegnet.

Sistem kebun cerdas air ini tidaklah rumit. Kuncinya adalah memanfaatkan air yang ada dengan seoptimal mungkin. Sehingga kebun cerdas ala Sutrisna ini memanfaatkan terpal sebagai alas tanah.

Dengan terpal, maka air yang dialirkan ke tanaman tidak meresap sampai dalam tanah. Dibatasi mengairi tanah yang menjadi media tumbuh tanaman. Sedangkan ketika musim penghujan, air tidak menggenagi kebun tapi mengalir ke ujung terpal.

“Caranya mudah dan murah. Tinggal diberi terpal dan dirawat secara telaten. Saya berkomitmen untuk menghadirkan pertanian model ini ke semua petani, tidak hanya tiap desa tapi tiap keluarga," kata Sutrisna.

Wagiyo selaku Tokoh Gapoktan juga mengungkapkan bahwa konsep kebun cerdas ala Sutrisna cocok dengan jenis tanah Gunungkidul.

Tanah di Gunungkidul memiliki tingkat porositas (kapur) tinggi, sesuai dengan status Gunungkidul sebagai kawasan karst.

“Tanah Gunungkidul itu memang berongga, kering, dan kalau kemasukan air akan menyerap. Dengan kita batasi terpal antara tanah yang menjadi media tanam, maka air digunakan secara optimal untuk tanaman," ungkap Wagiyo.

Program ini merupakan kolaborasi dengan universitas dalam bentuk program "Kampus Desa", di mana perguruan tinggi hadir untuk membantu masyarakat.

Program Kampus Desa juga akan mendukung program ini dalam bentuk pelatihan dan pendampingan teknis.


0 Komentar

    Kirim Komentar


    jogjastreamers

    SWARAGAMA 101.7 FM

    SWARAGAMA 101.7 FM

    Swaragama 101.7 FM


    UNIMMA FM 87,60

    UNIMMA FM 87,60

    Radio Unimma 87,60 FM


    GCD 98,6 FM

    GCD 98,6 FM

    Radio GCD 98,6 FM


    SOLORADIO 92,9 FM

    SOLORADIO 92,9 FM

    Soloradio 92,9 FM SOLO


    RETJOBUNTUNG 99.4 FM

    RETJOBUNTUNG 99.4 FM

    RetjoBuntung 99.4 FM


    ARGOSOSRO FM 93,2

    ARGOSOSRO FM 93,2

    Argososro 93,2 FM


    Dapatkan Informasi Terpilih Di Sini