Gudeg.net—Keterbatasan fisik tidak menjadi halangan bagi sekelompok penyandang disabilitas dari Desa Sendangadi, Mlati, Sleman untuk tetap produktif dan berkarya.
Berbagai macam unit usaha yang dijalankan oleh difabel tergabung dalam satu organisasi Unit Usaha Difabel (UUD) Karya Mandiri yang dimotori oleh Ratna Dewi Setianingsih.
Berawal dari perkumpulan untuk penyandang disabilitas Desa Sendangadi, Ratna menggagas unit usaha untuk keberlangsungan organisasi ini.
“Kami ingin organisasi kami sustain, ya, sedangkan anggaran dari pemerintah itu tidak cukup untuk keberlangsungan kami selama satu tahun,” kata Ratna ketika ditanya Gudegnet mengenai awal mula unit usaha ini dimulai saat berbincang di sela acara Gebyar UMKM Mlati "Gumregah", Minggu (18/10).
Tujuan utamanya selain menghidupkan dan mempertahankan hidup organisasinya, unit usaha ini juga ingin memberdayakan anggotanya.
Menurut Ratna, banyak di antara mereka yang memiliki keterampilan dan usaha namun tidak tahu cara memasarkannya.
Ada pula yang belum memiliki keterampilan atau usaha maupun kepercayaan diri untuk memulai. Unit usaha ini juga membantu memotivasi mereka untuk meningkatkan ekonomi keluarga.
Karya Mandiri memiliki beberapa usaha, dengan produk andalannya berupa batik shibori buatan mereka sendiri. Keterampilan ini mereka pelajari dari salah satu anggotanya yang memang memiliki keterampilan membatik shibori.
Unit usaha lainnya adalah budi daya jamur tiram, pelatihan dan konsultasi budi daya jamur, pasokan jamur tiram segar, keripik jamur tiram, catering, berbagai produk peyek, sambal kemasan, donat, criping aneka rasa, rambak, getuk, slondok, dan lainnya.
Beberapa produk hasil olahan UUD Karya Mandiri-Gudegnet/Trida
Batik shibori mereka tidak hanya berbentuk kain saja. Ada pula dalam bentuk sleendang, taplak, bahkan kaus katun yang diproses dengan metode shibori.
Shibori sendiri adalah metode yang berasal dari Jepang yang diambil dari kata “shiboru” yang merupakan teknik pewarnaan kain dengan cara ikat dan celup. Mirip dengan teknik di Indonesia yang dikenal sebagai batik celup.
Khusus untuk hasil penjualan batik shibori, dana digunakan untuk keberlangsungan organisasi karena dikerjakan gotong royong.
Dana yang dihasilkan dari penjualan batik belum bisa dikatakan berkecukupan agar unit usaha ini dapat dikembangkan lebih jauh. Sejauh ini hasilnya dipakai untuk mengikuti berbagai pameran dan bazar serta membeli perkap.
“Kami gunakan untuk penguatan modal dulu,” kata Ratna. Sedangkan untuk unit usaha pribadi laba kembali kepada pemilik.
Ratna sendiri memiliki usaha budi daya jamur tiram. Tidak hanya membudi dayakan, Ratna juga memberikan konsultasi, pelatihan, menyediakan produk olahan jamur tiram (keripik), dan baglog (media tanam) jamur tiram.
Ia juga mengajarkan keterampilan ini kepada penyandang disabilitas lain di desanya karena menurutnya budi daya jamur tiram sangat mudah dan dapat dilakukan dengan keterbatasan fisik.
Ratna terutama mengajarkan kepada anggotanya yang kesusahan berjualan produk. Setidaknya mereka dapat mempelajari bagaimana memproduksi.
“Kadang mereka (berpikiran) saya tuh susah bekerja, mau ngapain? Makanya kita coba memahamkan kepada mereka, kita itu punya kemampuan, kenapa tidak?” ujar perempuan yang menyandang polio ini.
Sayangnya, usaha budi daya jamur tiramnya terhenti semenjak pandemi ini. Padahal sebelumnya sekali panen dia mampu mengumpulkan hingga 15 kilogram jamur tiram. Jumlah ini pun masih membuatnya kewalahan dalam memenuhi permintaan.
Dalam sehari, ia bisa panen dua kali di pagi dan sore hari agar jamur tiramnya selalu segar. Jamur tiram yang Ratna budi dayakan adalah jamur tiram organik. Ia tidak menggunakan bahan kimia apapun saat menumbuhkan jamurnya.
Bagi yang tertarik untuk ikut membudi dayakan jamur tiram atau mencoba produk dari Karya Mandiri dapat menghubungi Ratna di 087738901065, Warjono di 082138196669, dan Tari di 082242109560.
Kirim Komentar