Gudeg.net—Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) DI Yogyakarta menggagas digelarnya Festival Sastra Jawa (FSJ) untuk pertama kalinya pada 19-23 Oktober 2020.
“Sastra Jawa masuk dalam berbagai ranah dalam tugas dan fungsi (tusi) kami. Ada 10 objek pemajuan kebudayaan, salah satunya adalah manuskrip dan bahasa,” jelas Dwi Ratna N, Kepala BPNB DIY saat ditemui Gudegnet di kantornya, Selasa (20/10).
Sastra Jawa sendiri masuk ke dalam ranah manuskrip (naskah) dan bahasa (lisan). FSJ sendiri lebih banyak mengangkat cerita manuskrip dari kakawin dan serat Jawa kuno.
Pertunjukan seni dipilih untuk menyampaikan isi manuskrip Jawa kuno karena dianggap menjadi cara yang mudah dan efektif agar pesannya sampai pada masyarakat.
Sebelumnya, ada rencana bermacam-macam dalam menyambut perdana diadakannya pesta literatur ini. Ada simposium, pertunjukan, seminar, dan lainnya. Namun karena pandemi, tahun ini hanya pentas seni secara daring yang dapat dilaksanakan.
"Ini baru perdana kali dikabulkan dari Kemendikbud melalui BPNB, ternyata wujudnya karena pandemi, tahun ini baru bisa pentas seni, ya ndak papa," jelas Paksi Raras Alit, Ketua FSJ saat dihubungi melalui pesan singkat, Selasa (20/10).
Paksi juga mengungkapkan bahwa pihaknya sudah memiliki rancangan rencana-rencana untuk tahun depan mengenai pegembangan festival ini seperti apa. "Sambil menunggu situasi dan kondisi pandemi ini," lanjutnya.
Kajian manuskrip yang dilakukan BPNB DIY atas naskah-naskah ini memiliki output sebagai buku. Langkah awalnya merupakan pendokumentasian dan inventarisasi. Berikutnya berupa diseminasi yang lalu menjadi berbagai bentuk, seperti komik misalnya.
“Salah satu gagasannya adalah seni pertunjukan. Biar kandungan dalam naskah kuno itu dapat dinikmati oleh berbagai kalangan dengan cara yang lebih fun dan mudah,” jelas Ratna lebih lanjut.
Alih wahana pun menurut Ratna memberikan ruang kreasi bagi para pelaku seni. Intepretasi dalam bentuk pertunjukan merupakan ranah budayawan dan seniman.
Menurut Ratna, budayawan dan seniman merupakan partner erat bagi BPNB untuk untuk mewujudkan strategi kebudayaan.
Mengadaptasi kemajuan teknologi dan tren di kalangan anak muda, FSJ tidak hanya menyiarkan pertunjukan seni di kanal Youtubenya.
Bekerja sama dengan seniman peran, Whani Darmawan, mantra Jawa diolah dan dikemas dalam video pendek yang disiarkan di platform TikTok.
“Itu kan gaya anak-anak sekarang. Jadi biar sastra Jawa bisa jadi ‘saya banget’ untuk anak-anak muda,” kata Ratna.
Cara-cara seperti ini penting karena tidak bisa hanya mengandalkan seni pertunjukan saja. Seni pertunjukan pun harus mengikuti era teknologi saat ini.
“Menjangkaunya agar semua lapisan bisa menikmati, dan menghargai seni tradisi dan seni budayanya, menjadi bangga dengan budayanya, kan harus dengan napas alam generasi muda juga,” kata Ratna lagi.
FJS tayang setiap hari pada pukul 19.00 WIB di kanal Youtube resmi BPNB DIY. Acara ini diramaikan oleh 10 penampil yang akan unjuk karya perseorangan maupun berkelompok.
Karya yang ditampilkan merupakan manuskrip dari koleksi perpustakaan BPNB, Keraton Yogyakarta, maupun perpustakaan lain.
Beberapa nama di antaranya adalah Jemek Supardi, Asita Kaladewa, Silir Wangi, Andy Eswe, Acapella Mataram, dan lainnya.
Kirim Komentar