Gudeg.net- Warungnya sederhana, hanya sebuah bangunan dengan dua jendela yang terbuka ke atas berwarna biru dengan bangku dan meja didepannya.
Jendela warung sebelah kanan tergantung minuman energi dan kopi sasetan, ada juga mie instan dalam kemasan gelas yang berada pada lemari kecil.
Sedangkan jendela kiri, ada beberapa makanan yang biasa untuk oleh-oleh seperti keripik, slondok dan sejumlah air mineral.
Ya, sesederhana itu, tetapi ada yang luar biasa dari warung ini yaitu berlokasi di sekitar 4 Km dari puncak Gunung Merapi dan pemiliknya adalah Ibu Panut.
Siapakah Ibu Panut? Ia adalah putri dari juru kunci Gunung Merapi almarhum Raden Ngabehi Surakso Hargo atau lebih dikenal dengan Mbah Maridjan.
Warung wanita berumur 60 tahun lebih tersebut sangat terkenal dimata para pelancong atau wisatawan yang biasa berkunjung ke petilasan Mbah Maridjan.
Awalnya warung Bu Panut berada di sekitar rumah sekaligus petilasan Mbah Maridjan namun rusak setelah erupsi Merapi tahun 2010. Saat ini warung dan rumahnya telah berpindah ke Jalan Bebeng Kinahrejo, turun sedikit dari lokasi lama.
Saat ini status Gunung Merapi Siaga dan warung Bu Panutpun mendapatkan imbasnya karena destinasi wisata yang berada sekitar 5 Km dari puncak harus ditutup.
“Sakniki sepi mas, sejak Merapi dadi siaga statuse (sekarang sepi, sejak Merapi status siaga). Tapi ya mau gimana lagi, sudah aturannya begitu,” ujar Ibu Panut saat ditemui di warungnya, di Bebeng Dusun Kinahrejo, Kamis (19/11).
Desa Kinahrejo saat ini memang terasa sangat sepi, tidak banyak warga melakukan aktifitas. Tidak ada lalu lalang kendaraan wisatawan maupun jeep-jeep Lava Tour yang bisa membawa turis.
Sepinya pengunjung tidak menyurutkan Bu Panut untuk tetap membuka warung miliknya, dengan harapan masih ada satu dua orang yang berkunjung.
Seperti hari ini, ada sejumlah jurnalis Yogyakarta yang meluangkan waktunya untuk mampir ke warungnya seusai melaksanakan tugas peliputan.
“Nek mboten wonten (kalau tidak ada ) kalian ya sepi dari buka tadi. Alhamdulillah masih ada yang main kesini, jadi ada rezeki buat saya,” tuturnya.
Bu Panut terbilang cekatan saat melayani pembeli dan ia tidak canggung untuk bercerita tentang Gunung Merapi yang sudah menjadi bagian hidupnya.
Ia juga ramah dan tidak malu-malu untuk tertawa ketika ada hal yang membuat lucu. Itulah yang membuat Bu Panut terkenal dimata para pelancong.
Menurutnya, Gunung Merapi memang seperti ini sedari dulu, aktivitasnya kadang tinggi dan terkadang biasa saja.
“Merapi yo koyo ngene mas, kadang munggah kadang mudun. (merapi ya seperti ini, kadang naik kadang turun statusnya). Berdoa saja agar tidak terjadi apa-apa,” tuturnya.
Bu Panut hanya berharap agar kondisi ini cepat berlalu, agar warga yang memiliki mata pencarian di lereng Merapi dapat kembali normal.
“Mogo-mogo cepat selesai, biar ramai lagi, tidak sepi seperti sekarang. Tapi ya kita hanya bisa berdoa, Tuhan yang menentukan, semoga semua selamat dan sehat, Amin,” harapnya.
Ketika hendak berpamitan, Gudegnet sempat bertanya, apakah Bu Panut akan turun atau mengungsi ketika Gunung Meerapi menunjukan peningkatan aktivitas kembalI.
“Ya pasti turun mas, tapi ya lihat nanti saja. Pasti ada imbauan dari masyarakat kalau memang harus turun. Ya kita berdoa saja, semoaga aman-aman semuanya,” ungkapnya.
Kirim Komentar