Gudeg.net- Dikisahkan Raden Panji Asmarabangun pergi dari istana Kerajaan Kediri karena merasa ilmu filsafat kehidupannya masih kalah dari sang istri, Dewi Sekartaji.
Ia pergi mengembara mencari ilmu kesempurnaan atau Ngelmu agar dapat bersanding dengan sang istri yang merupakan putri dari Kerajaan Kediri.
Panji Asmarabangun bertapa di suatu tempat yang tidak dapat diketahui sang istri. Ia pun menyamar dan berganti nama menjadi Remengmangunjaya.
Dewi Sekartaji bersedih atas kepergian suami yang dicintainya. Raja Kediripun membuat sayembara 'Meniti Titian Rotan di Seminang' dengan maksud mencarikan pasangan baru Dewi Sekartaji.
“Barang siapa yang dapat melakukan sayembara ini akan menjadi pasangan hidup Dewi Sekartaji” Raja Kediri.
Prabu Kelana yang licik bertekad mendapatkan sang Dewi, berbagai cara ia lakukan namun tidak dapat memenangkan putri raja Kediri tersebut.
Dalam pertapaan Ngelmunya, Remengmangunjaya mengetahui sayembara tersebut dan terjadilah pertempuran dengan Prabu Klana hingga Alun-alun Kediri.
Dan akhirnya Remengmangunjaya yang tidak lain adalah suami dari Dewi Sekartajilah yang memenangkan sayembara, dimana hadiahnya adalah istri sahnya sendiri.
Dewi Sekartajipun sadar bahwa Remengmangunjaya adalah suaminya Raden Panji Asmarabangun telah menghilang lama. Akhirnya mereka kembali bahagia di Kerajaan Kediri.
Itulah sepenggal kisah Wayang Beber dengan judul Remengmangunjaya yang terpajang di pameran Annual Museum Exhibition (AMEX) ‘Jayengtilam’ di Musuem Sonobudoyo, Yogyakarta.
Wayang Beber merupakan jenis wayang yang sama dengan wayang Jawa lainnya di Indonesia bedanya hanya pada media penyampaian ceritanya saja.
“Wayang ini memakai gambar-gambar sebagai objek pertunjukan sang dalang. Gambar dilukiskan berurutan sesuai narasi cerita per adegan yang berhubungan pada media kertas atau kain,” ujar Elvani Mutiara Tsani, Kurator Wayang Beber pada Pameran Jayengtilam di Museum Sonobudyo, Kamis (3/12).
Wayang Beber pertama kali ditemukan ada pada abad 15 Masehi, dimana saat itu Ma Huan, anak buah dari Laksmana Cheng Ho sedang melakukan ekspedisi laut di Indonesia.
Menurut Elvani, wayang ini menunjukan representasi dari lukisan Jawa masa lalu sebelum datangnya orang-orang Barat.
“Wayang Beber merupakan nenek moyang dari komik karena gambar wayang ini menggunakan media kertas atau kain yang terangkai menjadi sebuah cerita utuh,” tuturnya.
Saat ini peninggalan Wayang Beber hanya ada dua buah saja di Pulau Jawa yaitu di daerah Pacitan (Jawa Timur) dan Gunungkidul (DIY).
Sebagai warisan kebudayaan lokal Jawa kuno maka diperlukan langkah mempertahankan dan melestarikannya agar tidak hilang di telan jaman.
“Perlu adanya upaya sistematis untuk melestarikan wayang ini agar dapat diwariskan kepada generasi mendatang,” harap Elvani.
Pameran Jayengtilam yang memamerkan sekitar 300 lebih koleksi cerita wayang ini dapat disaksikan secara langsung dan gratis hingga 30 Desember 2020 mulai pukul 09.00-21.00 WIB.
Kirim Komentar