Gudeg.net- Pementasan Sanggar Ketoprak Tobong Kelana Bakti Budaya buka acara Merajut Indonesia dalam Digitalisasi Aksara di Auditorium Sekolah Teknik Multi Media (STMM) Yogyakarta, Minggu (6/12).
Acara yang digelar oleh Dinas Kebudayaan DIY ini merupakan bagian dari rangkaian digitalisasi aksara dan sastra Jawa yang digagas oleh Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X.
“Ketoprak Tobong ini contoh dari pola pembinaan yang Gubenur DIY arahkan dan saat ini masuk ke dalam program digitalisasi sastra. Mudah-mudah dapat terus mengisi kesenian yang berada di Yogyakarta,” ujar Paniradya Pati Kaistimewan DIY saat membuka acara, Minggu (6/12).
Pagelaran ini bertujuan untuk menjaga, dan merawat bagian dari aksara dan sastra Jawa yang merupakan warisan leluhur agar tidak hilang tergerus jaman.
Aris menjelaskan, saat ini sudah ada beberapa aktifitas kebudayaan maupun kesenian di Yogyakarta yang sangat penting mulai hilang karena tidak adanya kepedulian.
“Untuk itu Pemerintah melalui Disbud DIY ingin merubah hal tersebut dengan program digilisasi ini. Tujuannya agar aksara dan sastra Jawa dapat terus dilestarikan,” jelasnya.
Pemerintah Daerah (Pemda) DIY juga telah menyampaikan kepada Kementerian Dalam Negeri yang berkaitan dengan digitalisasi bahasa, aksara dan sastra Jawa ini.
Menurut Aris, dengan disahkannya program ini, nantinya masayarakat dapat lebih menghargai seluruh bidang seni maupun budaya yang berhubungan dengan aksara Jawa.
“Bagaimanapun juga aksara Jawa bagian dari kita yang harus dipegang teguh agar tidak hilang dan dapat diperkenalkan sebagai warisan kepada generasi mendatang,” tuturnya.
Sementara itu Risang Ketua Sanggar seni Ketoprak Tobong Kelana Bakti Budaya menyampaikan, ketoprak tobong merupakan bagian dari salah satu peristiwa seni yang ada di Yogyakarta.
‘’Setelah berkelana dari satu tempat ke tempat lain maka sejak 2006 kami menetap di sini. Kami yakin dan percaya, mati atau tumbuhnya kembali kesenian ini , ya di sini, di Yogyakarta,” kata dia.
Selama ini, ketoprak tobong sering membawakan cerita, kisah maupun aksara Jawa dalam setiap pementasannya. Seperti yang ditampilkan hari ini, kisah tiga figur inspiratif Jawa yang merupakan pondasi dari terbentuknya kepemimpinan di Yogyakarta dalam judul Tiga Tokoh Penentang Zaman.
“Kami kisahkan cerita ini agar di kemudian hari kita mendapatkan orang-orang yang memiliki jiwa seperti Pangeran Mangkubumi, Pangeran Diponegoro dan Sri Sultan HB IX. Dimana ke tiga tokoh ini yang membawa kemerdekaan Indonesia,” ungkapnya.
Risang juga mengapresiasi Dinas Kebudayaan yang telah mempercayakan Ketoprak Tobong untuk tampil di salah satu program Digitalisasi Aksara Jawa ini.
Ia berharap, Yogyakarta terus semangat dan istimewa dalam merawat dan melestarikan kesenian serta kebudayaan Jawa khususnya Yogyakarta.
Kirim Komentar