Gudeg.net - Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) bersama Maarif Institute dan Love Farankie, dengan dukungan Google.org bekerja sama untuk menawarkan solusi berpikir kritis secara terpadu melalui program Tular Nalar.
Program ini dilatarbelakangi kondisi saat ini bahwa banjir informasi tak hanya menghadirkan hal positif di tengah masyarakat, namun juga hoaks, provokasi, ujaran kebencian, dan permasalahan-permasalahan lain.
Kurikulum biasa di bangku sekolah dinilai tidak cukup. Diperlukan terobosan-terobosan baru untuk mengatasi defisit berpikir kritis di tengah masyarakat.
Tular Nalar sendiri menghadirkan kurikulum literasi media sebagai latihan-latihan berpikir kritis yang diwujudkan dalam berbagai sarana pembelajaran, mulai dari video, website, artikel rubrik, dan lain-lain.
Dalam pengembangan kurikulim literasi media yang mengakomodasi perkembangan media terkini, program ini melibatkan delapan pakar dari beragam latar belakang dan disiplin keilmuan.
Para pakar tersebut yakni dari Dr. Novi Kurnia, PhD (Ketua Jaringan Pegiat Literasi Digital Indonesia—JAPELIDI), Dr. Puji Lestari, M.Si. (pegiat komunikasi kebencanaan), Dr. Syarifah Ema Rahmaniah, M.Si. (pegiat literasi kesehatan), Dr. Arnidah Kanata, M.Si. (pakar teknologi kurikulum).
Pakar yang lain adalah Dr. Ni Made Ras Amanda, M.Si. (Ketua ISKI Bali, pegiat digital parenting), Fanny S. Alam (Ketua Sekodi Bandung, aktivis isu keberagaman dan pluralisme), Gilang Adikara, M.Si. (dosen prodi Komunikasi Universitas Negeri Yogyakarta), dan Ramaditya Adikara (novelis, pegiat isu disabilitas).
Kurikulum ini terdiri dari delapan unit kompetensi, yaitu mengakses Informasi, mengelola Informasi, memproses informasi, mendesain informasi, berbagi informasi, ketangguhan diri, perlindungan data, kolaborasi.
Untuk menjadi insan melek digital yang memiliki kemampuan berpikir kritis, terdapat tiga jenjang Tular Nalar yaitu tahu, tanggap dan tangguh.
Arnidah Kanata dalam acara The Tular Nalar Show, Senin (21/12), menyampaikan optimistis kurikulum ini benar-benar sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dalam masalah rendahnya literasi digital.
"Saya ingin ini berkelanjutan, kita perbaiki terus, kita refleksi terus, kita evaluasi terus, agar semua bisa belajar dari kurikulum ini," katanya.
Kirim Komentar