Gudeg.net - Sate Pak Dakir tentunya sudah tak asing bagi penyuka olahan daging kambing di Yogyakarta. Sate ini sudah eksis selama puluhan tahun, tepatnya sejak 1966.
Ali, putra Pak Dakir, menceritakan, awalnya sate dijual dengan cara berkeliling. “Awal-awalnya tahun 60-an itu le muni (katanya) ibu saya ider (berkeliling). Pada waktu tahun 1971 saya lahir itu sudah mulai bagus, sudah mulai punya warung sendiri, 20 meter dari sini,” terang Ali kepada Gudegnet, Kamis (21/1).
Pria yang kini mengelola warung sate beralamat Jalan HOS Cokroaminoto no 75, Pakuncen, Wirobrajan, Yogyakarta tersebut melanjutkan, tahun 1993 ayahnya meninggal, tempat berjualan kemudian pindah ke rumah.
Manajemen warung kemudian diteruskan oleh sang ibu pada 1994. Warung sate pun menempati tempat yang sekarang. Setelah ibu Ali meninggal pada 2015, Ali kemudian meneruskan mengelola warung sate ini.
Dalam daftar menu, terdapat tak kurang 10 menu olahan kambing, yakni sate kambing, nasi gule, sate ati, sate campur, tongseng, nasi goreng, sate klathak, nasi goreng Butet (Pliket), tongseng, gule goreng.
Menu-menu tersebut, kata Ali, sudah ada sejak dahulu, kecuali nasi goreng Butet, gule goreng, dan sate klathak yang mulai ada pada tahun 2011. “Nasi goreng Butet itu langganannya Pak Butet Kartaredjasa,” ucapnya. Saat ini menu sate klathak dan sate kambing menjadi menu kesukaan pembeli.
Selama puluhan tahun, tentunya banyak kalangan pernah mencicipi kuliner ini, salah satunya Presiden RI Joko Widodo.
Tahun lalu, Jokowi memesan sate di tempat ini beberapa kali. “Malam tahun baru, tanggal 30 Januari, 13 Februari, lalu corona ini dua kali, 7 Oktober sama 30 Agustus, sekitar itu,” katanya.
Sate Pak Dakir buka setiap hari, pukul 16.00-21.00. Untuk makan di tempat buka hingga pukul 19.00, setelah jam tersebut khusus melayani pembelian untuk dibawa pulang.
Kirim Komentar