Gudeg.net—Sosoknya semampai. Rasanya orang tidak akan menyangka kegiatannya sehari-harinya adalah menguleni adonan roti—pekerjaan yang membutuhkan tenaga ekstra.
Siane Caroline nama lengkapnya. Biasanya ia dipanggil Ane oleh orang-orang di sekelilingnya. Menjadi pâtissière dulu tidak terbersit dalam pikirannya.
Hasrat ini ia temukan sekonyong-konyong karena ia ingin memakan roti yang tidak ia temukan di pasaran. Apalagi, Ane memiliki alergi yang dia tidak tahu persis apa pemicunya.
Memanggang roti sendiri membuat dia tahu apa saja bahan yang masuk ke dalam panganan tersebut.
“Biasanya di sekitar leher atau pundak jadi merah-merah,” kata dara kelahiran 11 Mei 1987 ini saat berbincang dengan Gudegnet.
Mulanya berasal dari roti gandum. Sukses membuat roti gandum membuat Ane selalu membawa roti gandum untuk bekal ke mana-mana, termasuk ke kelas dansa. Ia dulu mengikuti kelas dansa salsa.
Teman-teman lesnya sangat bersemangat mengetahui bahwa Ane membuat roti gandumnya sendiri. Saat itu, tahun 2012, roti-roti ‘sehat’ masih jarang terdengar. Roti gandum pun masih jarang ditemukan di Jogja.
Permintaan untuk roti gandum bertambah seiring waktu. Tak hanya di tempat les, Ane juga berinisiatif untuk menawarkan produknya ke pusat kebugaran—yang juga disambut positif oleh para pengolah tubuh.
Sejak saat itu, entah sudah berapa roti yang ia produksi dan masuk ke dalam perut yang bahagia. Sudah banyak perubahan yang ia lakukan semenjak masa roti gandum tersebut.
Ia bahkan sudah tidak memproduksi roti gandum untuk toko yang ia dan suaminya rintis. Mereka fokus pada roti-roti berbahan ragi alami. Toko ini mereka beri nama ‘Kebun Roti’.
Suami Ane, Ahmad Solihin—akrab dipanggil Eeng, sangat gemar berkebun. Ia kerap membuat MOL (Mikroorganisme Lokal) sendiri untuk dipakai sebagai pupuk.
Ragi yang dipakai Ane dan Eeng untuk membuat roti memakai ragi alami yang dihasilkan dari MOL buatan Eeng. Dari situ lah nama ‘Kebun Roti’ didapat.
Perempuan asal Semarang ini sempat kuliah di Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Ia terdaftar sebagai mahasiswa baru di tahun 2005. Namun, ia tidak pernah menyelesaikan kuliahnya.
Menurutnya, memanggang roti lebih mengasyikkan. Sehari-harinya ia mengaku hobi makan, melipat baju, tidur, dan menonton drama. Tapi menurut suaminya, Ane tidak benar-benar punya hobi.
“Dia gak ada hobinya, sih, kalau ku lihat. Seneng-nya lagi apa, dia kerjain dengan gila,” celetuk Eeng sembali tertawa.
Katakan Ane sedang hobi memasak. Dalam satu hari dia bisa memasak makanan seperti dendeng basah, rendang, kue keranjang, ayam hainan, dan memasak nasi di dandang, tanpa mesin penanak.
Saat menonton suatu acara yang menunjukkan makanan yang untuknya tampak menarik, ia bisa langsung membuatnya saat itu juga.
“Soalnya kita usahanya makanan, jadi udah ada beberapa bahan. Kalo tinggal kurang-kurang dikit, beli besok,” ujarnya sambil tersenyum.
Hobi memasaknya ia dapat dari hobi makan. Ia mengaku ‘terpaksa’ hobi memasak. Pasangan yang menikah tahun 2013 ini memiliki alergi yang cukup banyak. Jadi, soal makanan harus selektif.
Makanan yang harus selalu ada di meja, apapun bentuknya, adalah tahu. Tidak peduli menunya apa, asal tidak terlalu pedas.
Sering mengidamkan makanan yang tidak ada membuat Ane sukses membawa hasrat baking menjadi penghidupannya.
Kirim Komentar