Gudeg.net—Tobong Institute bersama Mitra Seni Indonesia akan meluncurkan “Folklore Cinema:Ati Segara” pada hari Minggu, 30 Mei 2021 secara virtual melalui berbagai kanal daring.
Film berdurasi 45 menit ini menceritakan kisah tiga perempuan di balik tokoh dan peristiwa hebat di Nusantara; Pramudyawardhani, Raden Ayu Matah Ati, dan Mangkarawati.
Deretan nama-nama ini mungkin tidak akrab untuk banyak orang, tetapi peran mereka untuk Nusantara sangat besar.
Pramudyawardhani adalah istri dari Rakai Pikatan. Persatuan mereka dalam pernikahan merupakan bukti kebhinekaan Nusantara sejak abad ketujuh.
Multikulturalisme yang sempat tercatat sebagai masa keemasan ini dibuktikan dengan banyaknya candi Hindu dan Buddha yang didirikan dalam satu wilayah, seperti Candi Plaosan, Candi Prambanan, Candi Sambisari, dan Candi Kedulan di kawasan Mataram Hindu (DIY dan sekitarnya di masa modern).
Raden Ayu Matah Ati adalah istri Raden Mas Said. Ia dikenal karena memiliki pasukan elit yang berisikan perempuan yang berperang melawan VOC, yang dikenal sebagai Pasukan Estri.
Pasukan ini merupakan pasukan elit perempuan pertama di Jawa. Pasukan ini memposisikan perempuan yang tak sekadar "konco wingking" (teman belakang), melainkan juga menempati posisi dan peran strategis dalam memperjuangkan kemerdekaan dan kebebasan.
Sedangkan Mangkarawati adalah ibu Pangeran Diponegoro. Mangkarawati menjadi kunci motivasi Diponegoro dalam melawan penjajah.
Ia lah membulatkan tekad Diponegoro mengarungi perang yang akhirnya menjadi salah satu perang termahal dan nyaris merontokkan ekonomi VOC.
Menurut Risang Yuwono, sutradara Ati Segara, awal penciptaan film ini adalah untuk melakukan tafsir baru dari folkor/kisah-kisah tradisi. Ia merasa kisah-kisah ini perlu ditelaah dan direposisi kembali melalui berbagai sudut yang relevan untuk saat ini.
“Belum lagi begitu minimnya posisi perempuan dan hakikat kehadirannya dalam sajian kisah sejarah dan peristiwa-peristiwa penting yang sebenarnya sangat menarik untuk diangkat kembali,” ujarnya saat berbincang dengan Gudegnet, Selasa (25/5).
Tidak hanya menampilkan budaya dan sejarah, film ini juga melestarikan budaya melalui takarir (subtitle) beraksara Jawa dan dialog bahasa Jawa.
Proses penerjemahan aksara ini didukung oleh PANDI (Pengelola Nama Domain Internet Di Indonesia) dan Tim Aksara KOmunitas Segajabung yang dipimpin oleh Filolog Setya Amrih Prasaja.
“Ini akan menjadi film pertama di Indonesia yang dilengkapi subtitle aksara jawa dengan enskripsi komputer dan tidak ditulis dengan tinta di atas kertas,” ujar Risang lagi.
Film ini juga akan dibuka secara virtual oleh Gusti Kanjeng Ratu Hemas dan akan dapat disaksikan kupasannya melalui Kanal Youtube Mitra Seni Indonesia pada 30 Mei 2021 (https://bit.ly/348fY2p).
Versi Full High Definition dapat disaksikan di www.Loket.com pada tanggal 19 Juni pukul 20.00 WIB (https://loket.com/event/premiere-ati-segara-folklore-cinema_4gFg), serta melalui digital platform apps di www.genflix.co.id.
Kirim Komentar