Gudeg.net—Tak habis berinovasi untuk menghidupkan kebudayaan Yogyakarta, Museum Sonobudoyo menghadirkan Pagelaran Kesenian Kerakyatan.
Pagelaran ini merupakan program baru untuk melestarikan dan mengembangkan kesenian tradisional yang ada di Yogyakarta.“Program tradisi kerakyatan merupakan tindak lanjut dari warisan budaya tak benda nasional milik DIY. Jadi, sudah diakui oleh Kemendikbud sebagai milik DIY,” ujar Setyawan Sahli, Kepala Museum Sonobudoyo saat berbincang dengan Gudegnet melalui telepon, Selasa (25/5).
Setyawan melanjutkan, saat suatu budaya telah diakui oleh negara, budaya tersebut harus ditindaklanjuti dan dilestarikan dengan pertunjukan, kajian, dan upaya pengembangan.
“Ini kita coba ke arah wisata pertunjukannya. Durasinya juga kita potong,” ujar Setyawan lagi.
Dalam program ini, kita akan dapat menyaksikan tradisi angguk, jathilan, reog wayang, tayub, badui, dan kethek ogleng. Pertunjukannya dilakukan bergantian.
Program yang dimulai sejak Selasa (26/5) ini digelar setiap hari Rabu dan Kamis pukul 20.00-21.00 WIB bertempat di Pendapa Timur Museum Sonobudoyo.
Penonton dibatasi 25 persen dari kapasitas duduk dan dengan melaksanakan protokol kesehatan. Tiket dapat dibeli langsung di lokasi dengan harga Rp50.000 per orang.
Pagelaran ini bergelar berdampingan dengan pertunjukan fragmen wayang kulit dan wayang panji.
Beberapa saat ini, terutama setelah pandemi menghantam, peminat wayang kulit sangat minim.
Museum Sonobudoyo pun akhirnya bernisiatif untuk memulai pertunjukan wayang panji yang ternyata sangat menyita perhatian penonton. Bermaksud untuk meneruskan kesuksesan ini, pagelaran kesenian kerakyatan ini pun diadakan.
Ketiga pertunjukan ini dimulai pukul 20.00 WIB. Kesenian kerakyatan berdurasi satu jam, fragmen wayang kulit dua jam, dan wayang panji satu jam limabelas menit.
Pada hari Senin tidak ada pertunjukan. Tiket untuk menonton wayang panji sebesar Rp50.000, sedangkan wayang kulit Rp20.000.
Museum Budoyo terletak di Jalan Pangurakan No.6, Ngupasan, Gondomanan, DIY.
Kirim Komentar