Gudeg.net - Program Pamong Pelopor Sariswara dluncurkan pada Sabtu (21/8). Dalam program yang diikuti para pendidik tersebut, para peserta dipupuk untuk memahami metode Sariswara dan berlatih memadukannya dengan berbagai mata pelajaran umum lain yang diampu oleh para peserta.
Peluncuran tersebut bertajuk "Launching Program Pamong Sariswara, Penggabungan Kearifan Lokal Melalui Karya Sastra & Seni dengan Metode Pengajaran Umum".
Acara peluncuran menghadirkan Ananda Sukarlan (pianis dan komponis), Ki Priyo Dwiarso (murid Ki Hadjar Dewantara, Generasi Pencipta Karya Metode Sariswara), serta Cak Lis (peneliti metode Sariswara dan pendiri Laboratorium Sariswara).
Sariswara sendiri merupakan metode pendidikan yang diterapkan Ki Hadjar Dewantara. Ketua Panitia Ria Putri Palupijati mengatakan, Program Pamong Pelopor Sariswara merupakan kegiatan yang digagas oleh para Duta Museum DIY, Museum Dewantara Kirti Griya, Komunitas Cakra Dewantara, serta Laboratorium Sariswara.
Awalnya, kegiatan ini ditargetkan khusus para pamong (guru) di lingkungan Tamansiswa. Setelah menggandeng Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Daerah Istimewa Yogyakarta melalui program Fasilitasi Komunitas Kebudayaan 2021, target peserta diperluas menjadi seluruh guru dan pegiat pendidikan di seluruh Indonesia.
Melalui seleksi ketat, terpilih sejumlah 20 orang yang dinilai memiliki komitmen dalam kegiatan ini. Kegiatan ini, lanjut Ria, antara lain akan melibatkan pula pelaku seni budaya kontemporer. Pada bidang rujukan pemahaman sastra, akan dihadirkan Paksi Raras Ali dan Rendra Agusta. Sementara pada bidang pemahaman kearifan lokal, terdapat Setyaji Dewanto dan Tri Yulianti.
Ada pula praktik-praktik pemahaman musik dan cipta lagu oleh Hapsari Satya Lestari dan Ari Wulu dalam seni presentasi kontemporernya. Mentor lain, Ki Sutikno, akan dihadirkan untuk memberi masukan secara kekinian mengenai pemikiran-pemikiran Ki Hadjar Dewantara.
Lokakarya ini akan rutin diadakan setiap hari Sabtu dan sepenuhnya dilakukan secara daring. Program Pamong Pelopor Sariswara akan berlangsung selama tiga bulan.
“Ini akan melahirkan pamong pelopor terdidik yang dibekali keterampilan untuk mengedukasi banyak pihak," kata Kepala BPNB DIY, Dra. Dwi Ratna Nurhajarini, M.Hum., dalam sambutannya saat peluncuran, sebagaimana dikutip dalam keterangan tertulis yang diterima Gudegnet, Sabtu.
Dalam kesempatan tersebut Ananda Sukarlan berbagi cerita mengenai kontribusinya dalam upaya-upaya yang berkaitan dan selaras dengan tujuan Metode Sariswara.
Sementara itu, Ki Priyo Dwiarso mengatakan, pendidikan adalah proses budaya. Menurutnya, pendidikan dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan, itulah yang dijawab oleh Metode Sariswara bagaimana kebudayaan dalam hal ini melalui kesenian dapat mendukung pendidikan yang tujuannya adalah untuk membentuk karakter anak.
Cak Lis melengkapi dengan penjelasan mengenai praktik-praktik dan perkembangan penelitian yang sudah berjalan mengenai metode Sariswara.
"Kegiatan launching ini adalah pemantik untuk mengawali perjalanan panjang dalam Program Pamong Pelopor Sariswara. Selama kegiatan sampai dengan bulan November, peserta diberi berbagai materi pemahaman metode ini serta dibekali pemahaman dan sedikit keahlian mengolah seni," kata Ria.
Ria melanjutkan, metode seni menjadi pintu masuk untuk memasukkan 'olah rasa' selain olah intelektual dalam penguasaan materi mata pelajaran reguler.
Kegiatan lokakarya Pamong Pelopor Sariswara ini, lanjutnya, diharapkan akan memunculkan insan-insan pendidik yang memiliki kemampuan mengolah kearifan lokal di masing-masing daerahnya sebagai sumber materi mengolah rasa, sekaligus dikolaborasikan dengan penguasaan akan materi pelajaran umum dengan kemampuan edutainment di bidang seni yang inovatif dan kreatif.
Para lulusan program ini akan didorong secara berkesinambungan untuk menularkan kemampuannya kepada para pendidik lain di daerahnya masing-masing.
Kirim Komentar