Seni & Budaya

YAA #6 'Transboundaries': Eksistensi untuk Bertahan, Bukan Melawan

Oleh : Trida Ch Dachriza / Kamis, 26 Agustus 2021 11:00
YAA #6 'Transboundaries': Eksistensi untuk Bertahan, Bukan Melawan
Resurraction (Kebangkitan)-Aluminium and metal paint, karya Lini Natalini Widhiasi di YAA #6 2021-Gudegnet/Trida

Gudeg.net—Meski masih di tengah Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4, dunia seni di DI Yogyakarta kembali bergeliat.

Yogya Annual Art (YAA) #6 dengan tajuk “Transboundaries” yang diselenggarakan di Sangkring Art Space 6 Juli-31 Agustus 2021 adalah salah satu gelaran seni tahunan yang tetap membuka diri untuk pengunjung tahun ini.

“Kenapa YAA tidak ditunda, tetap berlangsung adalah ingin menunjukkan bahwa seniman juga survive,” ungkap Putu Sutawijaya, pemilik Sangkring Art Space sekaligus salah satu peserta YAA #6 saat berbincang dengan Gudegnet pekan lalu.

Menurutnya, sesuai dengan ‘kodrat’ YAA, pameran ini merupakan ruang pamer alternatif untuk seniman-seniman yang tidak mendapatkan kesempatan tampil di ruang event-event dan venue-venue di Yogya.

“Kita pilih teman-teman yang kerjanya serius, kerja riil gitu maksudnya, sebagai perupa tapi dia tidak mendapatkan ruang,” ungkap Putu.

Menampilkan lebih dari 80 seniman dan ratusan karya, YAA berusaha menetralkan peraturan dan mencari solusi di tengah pandemi yang mencekik.

“Kita kenyataannya di dunia seni rupa, dunianya pahit sekali. Pahit kondisinya. Semua penyelenggara event sat ini pasti nangis-nangis, tapi rata-rata teman-teman di Jogja gak ada yang mundur,” ujar Putu.

Ia melanjutkan, hidup memang harus bergerak. Kita tidak bisa khawatir berlebihan, atau kita akan selesai agar tidak larut dan stres.

Menetralkan aturan dalam pandangannya adalah, mencari solusi atas aturan yang ada. Protokol kesehatan yang sudah ada tidak boleh diabaikan. Sistem sudah berjalan, penyelenggara yang akan memastikan peraturan tersebut betul-betul dijalani.

“Pesan yang mau disampaikan, bagaimana kita menunjukkan dengan kita ada itu, bukan untuk melawan tapi untuk tetap menjaga dan membangun kesadaran. Kita harus tetap ada. Saya bukan melawan aturan, tapi bagaimana kita menetralkan aturan,” ucapnya.

Tema “Transboundaries” pun dipilih dari berbagai diskusi dengan kurator pameran ini, Kris Budiman.

Kris dalam catatan kuratorialnya menjabarkan batasan dari berbagai pandangan. Ia berbicara mengenai bagaimana pembatasan sosial diterapkan, terutama untuk kehidupan yang lebih sehat.

Ia menulis, pembatasan ditujukan ke dalam diri dan interaksi sehari-hari, sehingga pelan-pelan kita mulai beradaptasi.

“Pada mulanya memang terasa janggal, namun lama-kelamaan terjadi pembiasaan, internalisasi, sekaligus juga pembangkangan diam-diam,” tulisnya.

Penetapan batas-batas yang relatif cair ini tidak jarang dinegoisasi, tetapi pilihan ada di tangan masing-masing individu.

“Meski penanda batas ini mulur-mungkret, bukan berarti tidak genting,” tulisnya lagi.

Transboundaries dalam bahasa Indonesia adalah melewati batas. Tema ini dianggap sebagai tema yang dapat mengajak kita lebih optimis dalam melawati peristiwa pandemi.

Menurut Kris, kita masih berupaya, dengan sabar dan tabah, mengentaskan diri dari kondisi pandemik beserta segenap pembatasannya itu.

Di sisi lain, kita juga mengalami dan mengamati gejala penebalan batas-batas sosial tertentu yang berpotensi sebagai kendala dan ancaman bagi perubahan kultural dan sosial, dinamika kehidupan berbangsa, ke arah yang diharapkan lebih baik.

“Bisa nggak melampaui kasus ini dalam konteks semangat kita dalam menghadapi pandemi. Dalam ruang seni, bisa nggak kita melampaui (pandemi)? Kita harus bisa menunjukkan eksistensi di masing-masing profesi,” ujar Putu.

Tema ini dimaksudkan untuk menjadi luas dan dapat dibaca dengan berbagai macam cara oleh masing-masing seniman.

Dalam pameran ini, kita akan menemukan berbagai interpretasi ‘melewati batas’ oleh masing-masing perupa.

“Dengan latar belakang ini dapat dicermati karya 86 perupa dalam menyikapi upaya penetapan batas-batas sosial, negosiasi, dan pelintasan-pelintasan terhadapnya,” tulis Kris.

YAA #6 “Transboundaries”dapat dikunjungi oleh publik di Sangkring Art Space, Jalan Nitiprayan No.88, Sanggrahan, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul hingga 31 Agustus 2021 dengan reservasi sebelumnya di halaman ini.

Pengunjung dibatasi sebanyak 75 orang dalam satu hari  yang dibagi dalam tiga sesi. Per sesi dapat dikunjungi oleh 25 orang. Pengunjung harus datang dan mengakhiri kunjungan di waktu yang dipesan, mengenakan gelang tiket, dan mengikuti protokol kesehatan yang berlaku.


0 Komentar

    Kirim Komentar


    jogjastreamers

    JOGJAFAMILY

    JOGJAFAMILY

    JogjaFamily 100,9 FM


    SWARAGAMA 101.7 FM

    SWARAGAMA 101.7 FM

    Swaragama 101.7 FM


    SOLORADIO 92,9 FM

    SOLORADIO 92,9 FM

    Soloradio 92,9 FM SOLO


    UNIMMA FM 87,60

    UNIMMA FM 87,60

    Radio Unimma 87,60 FM


    RETJOBUNTUNG 99.4 FM

    RETJOBUNTUNG 99.4 FM

    RetjoBuntung 99.4 FM


    UNISI 104,5 FM

    UNISI 104,5 FM

    Unisi 104,5 FM


    Dapatkan Informasi Terpilih Di Sini