Gudeg.net—Usia belia tidak menjadi alasan untuk Mikaela Caitlin Sugiarto menorehkan prestasi nasional dan internasional di bidang dansa kompetitif.
Ia berkecimpung di dunia dansa karena tidak sengaja. Sepupunya mengajak gadis kelahiran tahun 2009 ini untuk mengikuti kelas balet di sekolah tari di kawasan Demangan.
Mika, panggilan akrabnya, diajak karena kelas tersebut kekurangan murid untuk dimulai. Tak disangka, kegiatan untuk mengisi waktu ini menjadi jalan hidup untuk Mika.
“Waktu dulu itu selalu bilang ke mama bosen karena di rumah gak ada kerjaan lain selain sekolah,” cerita Mika saat berbincang dengan Gudegnet, Rabu (6/10) di restoran di kawasan Jalan Mangkubumi, Jetis.
Saat itu Mika duduk di kelas 3 sekolah dasar. Saat mengikuti kelas balet, Herlin Purbonegoro, ibu Mika, menawarkan kelas lain yang ada di sekolah tari tersebut, kelas dansa ballroom. Mika lebih menyukai kelas ini. Setelah beberapa lama, kelas balet tidak lagi diikutinya.
Di dansa ballroom, ada dua kategori; latin dan standar. Di kategori latin ada samba, cha cha cha, jive, paso doble, dan rumba. Sedangkan di standar ada waltz, tango, quickstep, viennese waltz, dan slow foxtrot.
Herlin menawarkan kelas dansa latin pada Mika. “Pertama cuma coba-coba. Tapi ternyata, di balet sama latinnya, dia (Mika) lebih senang ke latin,” cerita Herlin.
Mika mulai mengikuti lomba di tahun 2018. Ia mengikuti Kejuaraan Kabupaten (Kejurkab) Ikatan Olah Raga Dancesport Indonesia (IODI) dan berhasil menyabet dua medali emas dan satu medali perak.
Di tahun 2019 ia mengikuti Crystal Dancesport Championship di Kuala Lumpur, Malaysia. Tidak tanggung-tanggung, ia mengikuti 18 cabang dansa. Gadis yang baru masuk di SMP Budya Wacana ini berhasil mencapai final di semua cabang yang ia ikuti, dan mendapat medali di 15 cabang; 10 emas, 4 perak, dan 1 perunggu.
Kompetisi ini menjadi pengalaman yang berkesan untuk Mika dan Herlin. Mereka berkeliling nonstop di gedung olahraga tempat kompetisi diadakan. Keduanya benar-benar kelelahan, tetapi tidak patah semangat.
Walaupun telah mengikuti Blackpool Dance Festival secara online, Mika bercita-cita untuk mengikuti Blackpool Dance Festival di lokasi. Memenangi kejuaraan internasional bergengsi ini akan semakin menorehkan prestasi menarinya.
Baru-baru ini ia mendapatkan penghargaan dari Bupati Sleman Kustini Sri Purnomo setelah berhasil menyabet medali perak di Korea Open Online Dancesport Championship 2021 The 20th Seoul Cup bulan Juni lalu.
Perjalanan gadis yang menyukai BTS ini masih panjang, meski telah mengantongi banyak medali. Dedikasinya pada dansa tidak main-main. Ia berlatih setiap hari tanpa libur selama tiga jam. Meski terkadang Mika merasa berat, tetapi dengan bertambahnya jam terbang, hambatan itupun sirna.
Menggerakkan seluruh anggota badan dengan tetap mempertahankan gerakan yang anggun dan mengalir bukan perkara gampang. Otot dan stamina harus tetap terjaga.
Mika rutin berolahraga, terutama untuk memperkuat core (otot inti) agar keseimbangannya selalu terjaga dan gerakannya memiliki power yang memadai. Biasanya ia lari, naik turun tangga, lompat tali, atau planking.
“Dulu sempat bosen waktu pertama kali Covid, karena kan sudah tidak ada kegiatan event. Tapi karena makin sering latihan, jadi semangat lagi,” cerita Mika sambil tersenyum lebar.
Di antara cabang latin dan standar, ia lebih menyukai dansa standar. Namun, ia menyukai musik-musik untuk jive dan cha cha cha karena iramanya yang rancak dan bersemangat.
Ia mengaku menari jive cukup sulit karena gerakannya yang lincah. “Paling menantang jive karena memang kan bouncing (memantul), jadi harus enteng (langkahnya). Kalau misalnya berhenti, pasti lebih capek, capeknya dua kali lipat,” ujar Mika lagi.
Di dunia tari, Mika mengidolakan Riccardo Cocchi dan pasangannya, Yulia Zagoruychenko. Dengan dukungan penuh dari ibunya, Mika bercita-cita untuk menari hingga disebut sebagai penari profesional.
Ia dan ibunya telah menetapkan gol untuk melanjutkan pendidikan tingginya di bidang tari di Rusia atau Tiongkok.
Kirim Komentar