Gudeg.net - Jogja Cross Culture (JCC) 2021 hadir dalam kemasan indoor performance. Acara ini ditayangkan di kanal Youtube Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayaan) Kota Yogyakarta dan Jogja Cross Culture pada 10 November 2021.
Kepala Dinas Kebudayan (Disbud) Kota Yogyakarta Yetti Martanti mengatakan, berbicara tentang Yogyakarta, tak lagi tentang satu untai budaya, tetapi sebuah taman, di mana bertebaran ragam aktivitas budaya yang mekar dengan warna warni sendiri.
Yetti mengatakan, Disbud Kota Yogyakarta mewakili Pemerintahan Kota Yogyakarta sebagai penggerak memulai langkah dengan membuka ruang diskusi dengan para seniman dan mengetuk jajaran stakeholder pemerintah kota.
Dinas kebudayaan kota, lanjutnya, juga menggandeng komunitas seniman-seniman kota Yogyakarta untuk menyusun program JCC. Kegiatan berbasis budaya ini mengusung pula semangat Gandeng Gendong yang diluncurkan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta.
Gandeng Gendong sendiri adalah perwujudan filosofi gotong royong berbagai elemen masyarakat yang terbagi menjadi 5 K, yakni Kampung, Kampus, Komunitas, dan Korporat. Selain itu, keberadaan Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat dan Pura Pakualaman menjadi elemen unik.
"Titik tekan program ini adalah bagaimana kebudayaan ini hidup dan menghidupi. Gerakan pembinaan dan penguatan budaya di kelompok-kelompok inilah yang sebenarnya menjadi focal point. Istimewanya, di Kota Yogyakarta terjadi saling silang budaya dan semuanya mampu berkembang dan bersanding. Inilah kemudian menciptakan sebuah melting pot budaya dalam satu kota. Tepat kiranya Kota Yogyakarta menjadi rumah budaya dan menuju kota budaya dunia," kata Yetti, Selasa (9/11).
Yetti menambahkan, JCC sejak awal dikonsep menjadi gerakan budaya di seluruh elemen masyarakat. Dalam membidani program ini, kesadaran yang terbentuk bahwa budaya bukanlah sebuah komoditas. Budaya adalah sebuah cara hidup yang tumbuh dan berkembang pada sebuah kelompok dan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Lebih lanjut dijelaskan, inisiasi tersebut telah melalui proses inkubasi di 'dapur' Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kota Yogyakarta, yang jalin-menjalin dengan kelompok seniman yang bergabung dengan nama Hamongdaya.
Konsep jalinan ini menyepakati sebuah partnership sebagai perwujudan semangat Gandeng Gendong dalam menjalani misi kota Jogja sebagai Kota Budaya Dunia.
Yetti mengatakan, keterlibatan potensi seni budaya wilayah yang dikolaborasikan bersama para koreografer muda Kota Yogyakarta menjadi highlight program JCC 2021 ini. Hasil kolaborasi tersebut dikemas dalam bentuk sajian indoor carnival yang mengangkat cerita Story of Jogja.
"Story of Jogja merupakan rangkaian penggambaran tonggak-tonggak peristiwa yang menjadi sejarah peradaban di Yogyakarta sejak zaman prasejarah hingga tumbuhnya peradaban luhur nenek moyang, berdirinya peradaban Mataram hingga Ngayogyakarta, sampai dengan revolusi, reformasi dan tantangan pandemi global," papar Yetti.
Sajian ini terbagi dalam tiga segmen pertunjukan, yang menghadirkan para penampil dari potensi seni 14 kemantren di Kota Yogyakarta yang berkolaborasi dengan 14 koreografer muda Kota Yogyakarta.
Berikut pembagian adegan dalam "Story of Jogja":
Segmen 1 dengan judul “ Jawa Semesta”
- Kemantren Keraton dengan judul scene Jogja Purwa
- Kemantren Mantrijeron dengan judul scene Arca Dwipa
- Kemantren Umbulharjo dengan judul scene Pralaya
- Kemantren Kotagede dengan judul scene Tanah Air
- Kemantren Ngampilan dengan judul scene Jaya Raya
Segmen 2 dengan judul “ Kertaning Yogya”
- Kemantren Gondokusuman dengan judul scene Boyongan Nagari
- Kemantren Mergangsan dengan judul scene Sangkan Paraning Dumadi
- Kemantren Tegalrejo dengan judul scene Baluwarti Tanjung Anom
- Kemantren Wirobrajan dengan judul scene Sedumuk Bathuk Senyari Bumi
- Kemantren Gedongtengen dengan judul scene Kerta Raharjaning Praja
Segmen 3 dengan judul Yogya “Tumuwuh”:
- Kemantren Pakualaman dengan judul scene Yogyakarta Handayani
- Kemantren Jetis dengan judul scene Jiwa Jawi Mardika
- Kemantren Danurejan dengan judul scene Owah Gingsir
- Kemantren Gondomanan dengan judul scene Yogya Tanggap Tanggon
Selain menyajikan “Story of Jogja”, JCC 2021 juga menampilkan sebuah karya video kompilasi tari dari para partisipan yang berada di luar negeri, di antaranya dari Malaysia, Thailand, Hong Kong, Turki, Australia, Kaledonia Baru, Kanada dan Rusia.
Termasuk dalam kompilasi tersebut, kolaborasi antara seniman tari asing dan seniman tari Kota Yogyakarta yang sedang berada di luar negeri. Sajian kompilasi video tari ini juga melibatkan kolaborasi dengan musisi dan videografer yang berada di Jogja. Karya kolaborasi ini bertajuk “Jogja Journey”.
JCC 2021 juga menjadi ajang berkarya para seniman lintas komunitas dan disiplin ilmu seni, lewat 4 karya commission work. Masing-masing bertajuk “Bang Bintulu”, “Binar”, “Oasis” dan “Alive”. (adv)
Kirim Komentar