Gudeg.net- Puluhan pengrajin batik mengikuti pameran bertajuk ‘Bulan Cinta Batik Nusantara' di lobi Kantor stasiun Televisi Republik Indonesia (TVRI) Yogyakarta, Jalan Magelang, Kabupaten Sleman.
Pameran hasil kerja sama Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman dengan Asosiasi Batik Tenun Nusantara (ABTN) ini diselengarakan dari tanggal 6-31 Januari 2022.
Tujuan dari pameran ini adalah untuk mempertahankan batik yang telah diakui oleh UNESCO sebagai budaya Indonesia.
“Batik adalah warisan budaya Indonesia karenanya dibutuhkan langkah-langkah untuk menjaganya, salah satunya dengan menghadirkan pameran ini,” ujar Penanggung Jawab pameran Dedi Irianto saat ditemui di lokasi pameran, Kamis (20/1).
Beragam jenis batik dihadirkan pada pameran ini, seperti batik cetak, tulis, eco print, jumputan serta kain tenun. Pengrajin yang ikut serta pada pameran ini tidak hanya berasal dari DIY namun ada juga dari sejumlah daerah di Indonesia, seperti Madiun, Magelang, Sulawesi Tengah dan Maluku.
Dedi menjelaskan, Yogyakarta telah diakui sebagai Kota Batik Dunia maka diperlukan cara untuk mempertahankan sekaligus mempromosikannya.
“Batik harus terus dilestarikan, karenanya edukasi batik harus terus dilakukan, mulai dari anak-anak, remaja atau generasi milenial hingga orangtua,” jelasnya.
Menurut Dedi, seni kriya batik Nusantara sempat mengalami penurunan produksi akibat pandemi Covid-19. Karenanya, ia berharap, pameran ini dapat menjadi wadah para pengrajin batik untuk dapat menghadirkan karya-karya terbarunya.
“Semoga para pembatik dapt terus berkreasi dan berinovasi dan semoga pengguna batik dapat terus berkembang, tidak hanya di Indonesia tapi juga negara-negara lain,” harapnya.
Sementara itu, salah satu peserta pameran asal Sulawesi Tengah (Palu), Tin Dels Marce Ndawu mengungkapkan rasa senangnya dapat mengikuti pameran bertaraf nasional ini.
Pada pameran ini, ia menampilkan batik asli daerah Palu yang identik dengan warna-warna cerah serta motif-motif yang berbeda dengan batik lainnya.
“Saya bangga sekali bisa ikut pameran ini dan batik Palu sendiri memiliki motif yang khas, seperti Sanggori atau belut besar dan megalitikum atau batu besar jaman prasejarah dulu,” ungkapnya.
Lanjutnya, batik Palu juga banyak mengangkat tema perjuangan para pahlawan lokal. “Pada zaman dulu batik dipakai para pejuang Palu, seperti Sanggori yang kerap dipakai sebagai ikat kepala para pemimpin perang,” kata dia.
Selain pameran, panitia juga menyelenggarakan kegiatan lain, seperti workshop pembuatan dan teknik pewarnaan batik yang akan diikuti oleh masyarakat umum dengan jumlah terbatas. Pameran ini terbuka untuk umum dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat.
Kirim Komentar