Seni & Budaya

Menyimak Sejarah 430 Tahun Yogyakarta di Diorama Arsip Jogja

Oleh : Wirawan Kuncorojati / Rabu, 06 April 2022 21:00
Menyimak Sejarah 430 Tahun Yogyakarta di Diorama Arsip Jogja
Diorama Arsip Jogja - Gudegnet/ Wirawan K

Gudeg.net - Diorama Arsip Jogja menyajikan rangkuman sejarah Yogyakarta selama sekitar 430 tahun. Menyimak arsip di diorama ini jauh dari kata bosan. Memadukan seni dan teknologi, arsip disajikan dengan audio visual yang menarik. 

Diorama ini menempati salah satu gedung Dinas Perpustakaan dan Arsip dan Daerah (DPAD) DIY, Jl. Janti, Banguntapan, Bantul.

Diresmikan pada 24 Februari lalu, diorama ini antara lain menyuguhkan cerita tentang sejarah keraton, revolusi, republik hingga keistimewaan Yogyakarta. 

Dihadirkan pula momen yang membentuk Yogyakarta menjadi kota pelajar, kesenian, kebudayaan dan pariwisata. Tak ketinggalan, ada juga momen tentang bencana alam dan pergolakan politik. Terbagi dalam 18 ruangan, arsip yang dipajang terdiri dari foto, video, juga tulisan. 

Suasana dalam ruangan-ruangan tersebut dibangun sedemikian rupa. Pada ruangan pertama, Kebangkitan dan Kejayaan Mataram, pengunjung diajak menyaksikan visualisasi masa Panembahan Senopati lewat layar besar di ruangan gelap. 

Ruang-ruang berikutinya tak kalah menarik, seperti di ruang tentang Lokomotif Perubahan, di mana pengunjung seolah berada di jalur kereta.

Melibatkan banyak seniman, baik seni tradisi maupun kontemporer, diorama ini digarap dalam waktu yang terbilang singkat, 10 bulan. Karena harus segera diresmikan, pengerjaan pun dikebut. 

“Untuk sejarah Jogja, dengan ruang yang segitu itu, kurang. Maka kita masih punya aset atau data-data yang belum terpasang. Maka nanti itu akan di-rolling, mungkin dalam enam bulan nanti ganti,” kata Ong Hari Wahyu, Art Director, kepada Gudegnet, Rabu (6/4).

Saat ini diorama masih dalam tahap uji publik. Ong menyampaikan, kritik dan masukan dari publik dibutuhkan untuk pengembangan. Ke depan, masih akan dilakukan penambahan dan perubahan.

“Dan kita sebenarnya membuka diri untuk menerima masukan maupun kritikan. Siapa tahu, ada data atau sesuatu, foto lebih bagus, atau lebih konteks dengan ruang itu, karena kita kan jelas punya keterbatasan ya,” katanya.

Dalam diorama ini, kata Ong, arsip, yang dianggap sebagai hal kaku, dihidupkan dengan multimedia, foto, seni rupa 3 dimensi, sound, hingga lighting, sehingga menjadi memiliki nilai-nilai dramatik.

“Orang melihat, membaca sejarah itu ada semacam hiburannya, jadi fungsi diorama itu menghidupkan arsip, jadi tidak membaca benda yang mati,” katanya. 

Informasi mengenai jadwal kunjungan dan regristrasi dapat dilihat di https://dioramaarsip.jogjaprov.go.id/.


0 Komentar

    Kirim Komentar


    jogjastreamers

    SWARAGAMA 101.7 FM

    SWARAGAMA 101.7 FM

    Swaragama 101.7 FM


    JOGJAFAMILY 100,2 FM

    JOGJAFAMILY 100,2 FM

    JogjaFamily 100,9 FM


    UNIMMA FM 87,60

    UNIMMA FM 87,60

    Radio Unimma 87,60 FM


    SOLORADIO 92,9 FM

    SOLORADIO 92,9 FM

    Soloradio 92,9 FM SOLO


    RETJOBUNTUNG 99.4 FM

    RETJOBUNTUNG 99.4 FM

    RetjoBuntung 99.4 FM


    UNISI 104,5 FM

    UNISI 104,5 FM

    Unisi 104,5 FM


    Dapatkan Informasi Terpilih Di Sini