Seni & Budaya

“Ajur Ajer” Menjemput 40 Tahun Bentara Budaya

Oleh : Mohammad Jauhar Al Hakimi / Jumat, 23 September 2022 17:00
“Ajur Ajer” Menjemput 40 Tahun Bentara Budaya
Pameran “Ajur Ajer” di BBY, Jalan Suroto No. 2 Yogyakarta. (Foto: Moh. Jauhar al-Hakimi)

Gudeg.net – Menyambut ulang tahunnya yang ke-40, Bentara Budaya menghelat serangkaian program selama bulan Agustus hingga September 2022. Setelah menggelar dua pameran secara serentak pada 10-18 September yakni Pameran Fotografi Singkawang dengan tema “Keberagaman: Sebuah Refleksi dari Sejarah dan Kebudayaan Singkawang” di Bentara Budaya Yogyakarta, dan Pameran “Keramik Singkawang koleksi Bentara di Bentara Budaya Jakarta (BBJ), Bentara Budaya kembali menggelar pameran seni rupa di Bentara Budaya Yogyakarta (BBY).

Suasana pembukaan pameran “Ajur Ajer” di BBY, Kamis (22/9) malam. (Foto: Moh. Jauhar al-Hakimi)

Pameran dengan tajuk “Ajur Ajer” dibuka pada Kamis (22/9) malam oleh budayawan GP Sindhunata. Bentara Budaya mengundang sebanyak 26 seniman-perupa yang pernah berkontribusi pada Bentara Budaya.

Pameran “Ajur Ajer” berlangsung 22 September hingga 2 Oktober 2022 di BBY, Jalan Suroto No. 2 Yogyakarta.

Beberapa seniman-perupa terlibat diantaranya Bambang Pramudiyanto, Budi Ubrux, Irwanto Lentho, Melodia, Nasirun, Ong Hari Wahyu, Pupuk DP, Subandi Giyanto, Yuswantoro Adi.

Dalam catatan kuratorialnya, Hermanu memaparkan Bentara Budaya berinteraksi dengan para seniman, budayawan, dan masyarakat luas pecinta seni dan telah berlangsung hampir 40 tahun. Dalam perjalanannya interaksi ketiganya melebur menjadi satu. Bentara Budaya merupakan wadah atau tempat berekspresi para seniman dan masyarakat mengapresiasi kesenian tersebut, itu terjadi hampir 40 tahun ini. Hal ini membuat tiga unsur tersebut lama kelamaan akhirnya melebur menjadi satu.

“Bentara Budaya tanpa adanya seniman dan penonton tidak akan berarti apa apa. Begitupun sebaliknya, inilah yang kami sebut sebagai Ajur Ajer. Bentara Budaya sudah melebur dan mencair menjadi satu dengan seniman dan masyarakatnya. Melalui pameran ini, diharapkan masyarakat bisa melihat dan merasakan bagaimana perjalanan Bentara Budaya Yogyakarta selama 40 tahun ini,” papar Hermanu.

Gedung Bentara Budaya diresmikan pada 26 September 1982 oleh Sumidjan Sekwilda DIY mewakili Sri Sultan Hamengku Buwana lX. Dalam catatan Bentara, pameran seni rupa pertama kali di Bentara Budaya dengan memamerkan seni lukis tradisional karya Citro Waluyo dari Mijipinilihan Surakarta dan Gambar kaca Sastro Gambar dari Muntilan, diteruskan dengan pementasan Wayang Kulit dengan cerita Wahyu Sasana Jati dengan dhalang Ki Hadi Sugito dari Toyan Wates Kulonprogo.

Surga Manut, Neraka Katut (kanan) – hardboard cut, hand colouring, stencil on hardboard – Ø 120 cm – Irwanto Lentho - 2022. (Foto : Moh. Jauhar al-Hakimi)

Dalam perjalanannya Bentara Budaya menjadi ruang perjumpaan berbagai entitas seni-budaya di masyarakat yang memungkinkan lahirnya dialog yang cair. BBY menjadi role model bagaimana membangun ruang dengan melibatkan secara aktif-pastisipatori mereka yang mengakses ruang tersebut.

Keberhasilan BBY mendorong pemimpin Kompas-Gramedia Jakob Oetama untuk membuka Bentara Budaya di Jakarta. Akhirnya pada 26 Juni 1986 Bentara Budaya Jakarta resmi dibuka. Pada tahun 2003 Kompas-Gramedia grup kembali membuka Bentara Budaya di Kota Surakarta dengan nama Bentara Budaya Balai Soedjatmoko, diikuti dengan Bentara Budaya Bali pada tahun 2009.

Bentara Budaya, rumah yang selalu terbuka

Sebagai ruang presentasi, banyak peristiwa seni rupa dihelat di BBY sejak pertama kali berdiri baik untuk pameran kelompok-bersama maupun pameran tunggal.

Bersinggungan langsung dengan dunia percetakan, pameran grafis menjadi salah satu penanda pameran seni rupa di BBY dimana karya-karya grafis dengan sebagian besar menggunakan medium kertas sangat dekat dengan dunia cetak Kompas-Gramedia. Ini diperkuat dengan acara Triennial Seni Grafis yang diselenggarakan Bentara Budaya sejak tahun 2003.

Selain seni grafis, pameran Seri Lawasan turut menjadi penanda Bentara Budaya dimana secara aktif Bentara melakukan pendataan sekaligus mengoleksi karya-karya seni ataupun benda-benda kuna (lawasan) dua-tiga matra yang menjadi penanda sebuah era.

Begitupun dengan pameran fotografi yang berdekatan dengan dunia jurnalistik selalu hadir secara rutin di Bentara Budaya.

Pemberhentian Terakhir – cat minyak di atas kanvas – 125 cm x 90 cm – Bambang Pramudianto – 1991. (Foto: Moh. Jauhar al-Hakimi)

Dalam pameran Seri Lawasan ada dua kategori lawasan yang dipamerkan di BBY.  Pertama adalah benda-benda yang bertalian dengan tradisi dan budaya seperti  keris, batik, dan topeng, dan yang kedua adalah benda-benda rumah tangga yang mempunyai nilai edukasi di zaman dahulu seperti radio tabung gramaphone, dan alat transportasi masa lalu seperti sepeda onthel dan sebagainya yang dipakai oleh masyarakat Indonesia di zaman dahulu.

Bagaimana dengan panggung pertunjukan? Hadirnya Jazz Mben Senen di BBY sejak akhir tahun 2009 adalah ruang rupa lain BBY.

Jazz Mben Senen (JMS) sendiri dimulai dari acara jazz on the street yang diselenggarakan pada awal bulan Maret 2003 namun masih belum terjadwal rutin. Gagasan tersebut diprakarsai oleh Agung Prasetyo (Jogja Jazz Club/pimpinan festival Jazz Gayeng). Tahun 2007, penggemar dan pencinta jazz di Yogyakarta menyelenggarakan Jazz on The Street di Boulevard UGM depan gedung Purna Budaya Yogyakarta. Jazz on The Street mulai dilakukan secara rutin setiap satu bulan sekali pada hari Sabtu minggu pertama setiap bulannya.

‘Karma’ (kanan) karya Susilo Budi Purwanto pada pameran “Ajur Ajer”. (Foto: Moh. Jauhar al-Hakimi)

Setelah berjalan dua tahun, Jazz on the Street atas prakarsa Sindhunata bersama Djaduk Ferianto, Bambang Paningron, Hatta Kawa, Aji Wartono, dan beberapa pencinta jazz di Yogyakarta bersepakat untuk membuat acara jam session rutin seminggu sekali. Dari obrolan yang berkembang, jam session akhirnya disepakati diadakan setiap hari Senin malam di pelataran Bentara Budaya Yogyakarta. Dari sinilah akhirnya acara tersebut dinamakan "Jazz Mben Senen".

"Bentara Budaya Yogyakarta menjadi tempat bertemunya para (musisi) "perantauan" berbagi pengalaman ber-jazz. Di Jazz Mben Senen kita bisa saling ngobrol, berkomunikasi sekaligus belajar mengembangkan kreasi dan kreativitas. Di sini kita bisa menghibur diri, melepaskan ketegangan, serta membangun persaudaraan tanpa memandang perbedaan latar belakang. (Selain itu) Seni jika dipupuk akan menjadi penangkal segala bentuk kekerasan." papar Sindhunata dalam sambutan ulang tahun keenam Jazz Mben Senen, Senin (19/1/2016)

Blirik/Hadi Soesanto-2022 (kanan), Ruwat Jagad/Ong Hari Wahyu-2022 (tengah). (Foto: Moh. Jauhar al-Hakimi)

Menuju usia 40 tahun BBY masih tetap berusaha untuk konsisten pada arah, semangat, gerak dan motto saat pertama kali diresmikan : "Sebagai utusan budaya, Bentara Budaya menampung dan mewakili wahana budaya bangsa, dari berbagai kalangan, latar belakang, dan cakrawala, yang mungkin berbeda. Balai ini berupaya menampilkan bentuk dan karya cipta budaya yang mungkin pernah mentradisi. Ataupun bentuk-bentuk kesenian massa yang pernah populer dan merakyat. Juga karya-karya baru yang seolah tak mendapat tempat dan tak layak tampil di sebuah gedung terhormat. Sebagai titik temu antara aspirasi yang pernah ada dengan aspirasi yang sedang tumbuh. Bentara Budaya siap bekerja sama dengan siapa saja


0 Komentar

    Kirim Komentar


    jogjastreamers

    JOGJAFAMILY 100,2 FM

    JOGJAFAMILY 100,2 FM

    JogjaFamily 100,9 FM


    SWARAGAMA 101.7 FM

    SWARAGAMA 101.7 FM

    Swaragama 101.7 FM


    UNIMMA FM 87,60

    UNIMMA FM 87,60

    Radio Unimma 87,60 FM


    GERONIMO 106,1 FM

    GERONIMO 106,1 FM

    Geronimo 106,1 FM


    UNISI 104,5 FM

    UNISI 104,5 FM

    Unisi 104,5 FM


    SOLORADIO 92,9 FM

    SOLORADIO 92,9 FM

    Soloradio 92,9 FM SOLO


    Dapatkan Informasi Terpilih Di Sini