Seni & Budaya

Kebersamaan dalam Perbedaan

Oleh : Margareta Endah W / Senin, 00 0000 00:00

Rembulan menyinari malam dengan cahayanya yang indah. Bintang mulai tampak setelah beberapa malam, sembunyi di dalam peradabannya. Beberapa orang biasanya enggan pergi keluar rumah karena takut hujan, terlihat berbondong-bondong menuju sebuah lapangan yang penuh dengan lampu-lampu terang.

Malam itu (29/11), sebuah pagelaran budaya antar bangsa dari 10 negara dipentaskan di Lapangan Multi Culture Realino (MCR) di atas panggung yang sederhana. Terlihat atmosfer kegembiraan menyelimuti malam yang sedikit dingin itu. Di belakang panggung, tampak seorang berpakaian Jepang sedang mengobrol dengan seseorang berpakaian India. Entah apa yang mereka bicarakan yang jelas mereka berbicara dalam bahasa Indonesia.

Cina, Jepang, Korea, India, Italia, Inggris, Vietnam, Cheko, Spanyol dan Indonesia turut andil dalam hajatan besar yang merupakan rangkaian acara Dies Natalis Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta ke-53. Pengisi acara malam itu adalah mahasiswa-mahasiswa yang belajar di Indonesian Language and Culture Intensive Course (ILCIC). Mereka sengaja datang ke Indonesia untuk belajar bahasa dan kebudayaan Indonesia. Motifnya macam-macam. Kebanyakan mereka suka dengan kesenian yang ada di Yogyakarta. "Mereka suka dengan Jogja, karena orangnya ramah-ramah dan kebudyaan Jogja yang beraneka ragam," ujar Tetty Florentina staff pengajar di lembaga bahasa USD. Kanami Sugawa, mahasiswa dari Jepang mengungkapkan bahwa ia senang belajar di Jogja karena masyarakatnya rama dan keseniannya yang unik, terutama batik.

Pagelaran budaya antar bangsa ini hendak memperlihatkan sebuah pengalaman hidup manusia bahwa pengalaman itu tidak hanya dipikirkan melainkan harus direalisasikan. "Kelahiran, kematian, dan pertemuan menjadi suatu pengaaman hidup manusia yang memang sudah seharusnya kita jalani," ungkap Ouda Teda Ena, Direktur ILCIC.

Berbagai macam atraksi seni ditampilkan apik oleh teman-teman dari berbagai negara. Karawitan yang dibawakan teman-teman dari Kelompok Karawitan USD menjadi pembuka acara malam itu, tari Serampang 12 dibawakan rancak oleh staf pengajar Lembaga Bahasa USD, alunan musik tradisional Kore dibawakan apik oleh Sarah So Yun Kang. Italia tak mau ketinggalan, Federica Loi, mahasiswa Lembaga Bahasa USD dari Italia membawakan puisi tentang kehidupan di Italia. Tak hanya disuguhi wedhang Ronde, kita pun disuguhi drama dari Jepang yang mengisahkan tentang balas budi seekor burung. Drama ini sedikit bisa mengocok perut penonton. Mendekati puncak acara, penonton diajak menari dan bernyanyi bersama oleh teman-teman dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta dengan tarian Bon Odori. Puncaknya, 10 puisi karya Ouda Teda Ena yang berbicara tentang kematian, dibawakan oleh mahasiswa dari 10 negara dan menjadi penutup malam pagelaran budaya antar bangsa. Puisi itu dibawakan dengan sepenuh hati dengan diiringi tembang Mijil dan alunan gamelan yang menambah haru suasana.

Pengalaman hidup manusia memang akan memperkaya diri manusia itu sendiri. Berbagi pengalaman dengan sesama akan semakin membuat diri kita menjadi manusia yang utuh. Romo G. Budi Subanar, Sj juga mengungkapakan bahwa usaha bersama bukan usaha yang sederhana, tapi sekaligus merupakan hasil kerja keras kita. Kadang kita menemui hambatan. Dalam hambatan tersebut kita menemui Kesepian dan dalam kesepian itu ada kekayaan manusia kita bersama. Semoga pagelaran budaya anta bangsa ini bisa terus membawa kebersamaan bagi kita semua yang hidup dan tinggal di dunia ini.  

0 Komentar

    Kirim Komentar


    jogjastreamers

    JOGJAFAMILY

    JOGJAFAMILY

    JogjaFamily 100,9 FM


    SWARAGAMA 101.7 FM

    SWARAGAMA 101.7 FM

    Swaragama 101.7 FM


    ARGOSOSRO FM 93,2

    ARGOSOSRO FM 93,2

    Argososro 93,2 FM


    UNIMMA FM 87,60

    UNIMMA FM 87,60

    Radio Unimma 87,60 FM


    SOLORADIO 92,9 FM

    SOLORADIO 92,9 FM

    Soloradio 92,9 FM SOLO


    GCD 98,6 FM

    GCD 98,6 FM

    Radio GCD 98,6 FM


    Dapatkan Informasi Terpilih Di Sini