Seni & Budaya

“Kabar dari Desa”, Optimisme di Tepian Siluk

Oleh : Moh. Jauhar al-Hakimi / Kamis, 20 Oktober 2022 09:26
“Kabar dari Desa”, Optimisme di Tepian Siluk
Lokasi Jembatan Edukasi Siluk II. (Foto: Moh. Jauhar al-Hakimi)

Gudeg.net – Sebuah karya lukisan dalam citraan kuning gelap keemasan dengan objek utama figur laki-laki, sebuah rumah, serta suasana pedesaan dalam garis-garis samar dipresentasikan seniman-perupa Kuat pada Yogya Annual Art #6 di Bale Banjar Sangkring, Juli-September 2021. Karya berjudul Iso Mangan dalam medium cat akrilik di atas kanvas berukuran 145 cm x 175 cm menjadi pembacaan Kuat atas realitas yang dihadapi masyarakat desanya saat pandemi COVID-19 melanda berbagai penjuru dunia, tidak terkecuali desanya Selopamioro, Imogiri-Bantul.

Dua kata 'Iso' 'Mangan' yang digunakan Kuat saat masyarakat terkepung pandemi dan kebijakan yang menyertainya membuat Iso Mangan menjadi hal yang tidak sederhana dan memerlukan prasyarat ada yang dimakan, dalam kondisi sehat, serta adanya kecukupan jumlah yang merata.

Jembatan Edukasi Siluk di Desa Selopamioro, Imogiri-Bantul. (Foto: Moh. Jauhar al-Hakimi)

Di saat pandemi, kelaparan menjadi ancaman tersendiri ketika perekonomian masyarakat turut menurun. Pilihannya tetap bergerak dalam protokol kesehatan untuk menyiasati keadaan agar tetap Iso Mangan.

“Pandemi di satu sisi membatasi gerak masyarakat, namun di sisi lain membuka ruang kesempatan bagi mereka untuk lebih mengenal lingkungan sekitar terdekatnya. Potensi sumberdaya alamnya, potensi SDM-nya, serta dinamika yang berkembang dalam lingkup kecil dusun.” kata Kuat saat ditemui Gudeg.net, Kamis (13/10) sore di komplek Pendopo Agung nDalem Mangkubumen Universitas Widya Mataram.

Kuat adalah salah satu seniman yang kembali ke desa dan menjadikan desa beserta permasalahannya tidak sekedar sebagai inspirasi atas proses kreatifnya. Permasalahan lingkungan, sampah, serta perekonomian warga menjadi ketertarikan Kuat sejak menempuh studi di Seni Murni ISI Yogyakarta baik dalam praktik langsung maupun menggali wacana atas berbagai permasalahan yang muncul untuk dicarikan solusi bersama.

Pengayom – cat akrilik di atas kanvas – 120 cm x 100 cm – Kuat – 2019. (Foto: Kuat)

Di awal masa perkuliahan di ISI Yogyakarta sekira akhir 1990-an Kuat bersama Bayu Widodo dan teman-teman kuliahnya beraktivitas membentuk Sanggar Caping. Persinggungan tersebut cukup mempengaruhi gaya berseni rupanya dengan kecenderungan drawing naif membaca realitas yang ada.

Bayu Widodo sendiri akhirnya membentuk ruang kolektif Survive!garage. Meski tidak menjadi anggota, Kuat masih sering berproses bersama Survive!garage. Di Sanggar Caping inilah ketertarikan pada permasalahan kerakyatan, pedesaan, maupun penyelamatan lingkungan menguat pada diri Kuat.

Dunia perdesaan kerap muncul dalam karya-karya Kuat dan dieksplorasi dalam drawing bergaya dekoratif-naif. Meski demikian ada fase tertentu Kuat menghadirkan karya-karya ekspresionis dengan goresan dan tarikan kuas yang kuat.

“Dunia pedesaan, anak-anak, serta tema kerakyatan, Kuat nyaman dengan itu, tidak sekedar menjadi isu dalam tema karyanya namun mengalir alami dan dipraktikkan langsung di masyarakat. Itulah salah satu kekuatan Kuat.” Jelas Yaksa Agus Widodo, kolega seniman Kuat kepada Gudeg.net, Jumat (15/10) siang.

Iso Mangan – cat akrilik di atas kanvas – 145 x 175 cm – Kuat – 2021. (Foto: Moh. Jauhar al-Hakimi)

Yaksa menambahkan pilihan gaya naif menjadi bahasa perupaan visual yang dipilih Kuat. Setelah bersentuhan dengan kegiatan anak-anak di Jembatan Edukasi Siluk (JES), toh yang dilukiskan Kuat tetap saja dunia pedesaan,  gaya-visual kekanak-kanakan yang sangat khas bernuansa kampung.

Empat lukisan bergaya ekspresionis dipamerkan Kuat pada Juli 2018 bersama Ampun Sutrisno, Ledek Sukadi, Rismanto, dan Lukman.

Ketika itu garis dan warna yang tegas menjadi eksperimen Kuat dalam karya lukisannya. Dengan tulisan tangan di antara obyek lukisannya, Kuat seolah sedang menyusun sebuah cerita lukisan prosa meskipun tanpa tulisan itupun tarikan garis Kuat sudah banyak bercerita: catatan perjalanan diri dalam konteks hari ini.

Kabar dari Desa (cropp) - plat eser finishing coating berukuran 200 cm x 122 cm – Kuat – 2022. (Foto: Moh. Jauhar al-Hakimi)

Setidaknya hal itu bisa terekam pada karya berjudul "Fun Unity Harmony", "Identitas", dan "Introspeksi". Pada karya berjudul "Figure" semakin menegaskan bahwa pilihan garis yang kuat tidak semata-mata masalah visual artistik semata, namun ada kedalaman estetis dalam warna yang ditawarkan.

Jembatan Edukasi Siluk, ruang bermain dan belajar warga

“Sebelum ada kegiatan JES, sungai menjadi tempat pembuangan sampah warga sehingga sekitar bangunan pondasi jembatan menjadi kotor, kumuh, dan tentunya tidak sehat.” Jelas Kuat.

Anda mungkin pernah mendengar Jembatan Edukasi Siluk. Sebuah jembatan yang membentang di atas Sungai Oyo yang menghubungkan Kabupaten Bantul dengan Gunungkidul melalui jalur Panggang. Persis di kolong jembatan sisi timur itulah  Jembatan Edukasi Siluk berada. Lalu lalang kendaraan yang melintas di atas jembatan tidak mengurangi antusias puluhaan anak-anak usia TK dan SD menggoreskan kuas di atas kertas setiap hari Minggu.

Aktivitas tersebut telah berlangsung sejak tahun 2016 dengan keterlibatan aktif anggota karang taruna Desa Selopamioro sebagai relawannya.

Kolong jembatan Siluk menjadi ruang bagi anak-anak hingga orang tua untuk membuat kegiatan secara bergantian setiap hari Minggu. Dengan pendampingan dari berbagai pihak ada banyak perubahan terjadi di sekitar kolong jembatan tersebut.

Di JES terdapat tiga program reguler mingguan: kelas seni rupa untuk anak-anak pada hari Minggu pekan kedua, sisir sampah di dusun terdekat Jembatan Siluk pada pekan ketiga, dan pelatihan memasak-ketrampilan bagi remaja dan ibu-ibu pada pekan keempat. Dalam perkembangannya dibuka juga kelas terampil, kelas tari, kelas desain dan kelas senam untuk ibu dan remaja.

Figur– cat akrilik di atas kanvas – Kuat – 2018. (Foto: Moh. Jauhar al-Hakimi)

Hingga awal 2020 secara reguler terdapat kegiatan mingguan di kolong Jembatan Siluk. Pada ruang terbuka berukuran 5 m x 5 m dibangun secara swadaya ruang baca dengan koleksi buku yang sebagian untuk anak-anak.

Melihat kondisi tersebut pada tahun 2017 Nanan Soekarna (mantan Waka Polri) secara pribadi memberikan bantuan berupa pengerasan lantai dengan keramik sehingga memungkinkan anak-anak dan warga lainnya bisa berkegiatan mulai dari membaca, membuat pelatihan-workshop ketrampilan.

Selain dirapikan, ruang kolong jembatan Siluk dihiasi dengan lukisan serta tulisan-tulisan pesan bagi anak-anak maupun siapapun yang singgah: ojo isin tumindak becik (jangan malu untuk berbuat baik), mari peduli lingkungan, sungaiku bersih, bersih itu indah, jangan buang sampah di sungai.

Saat pandemi melanda dunia, JES memasuki babak baru. Sebidang tanah kas Desa Selopamioro, Imogiri-Bantul di tepian sungai-jembatan Siluk bersebelahan dengan pemakaman desa menjadi ruang kedua komunitas Jembatan Edukasi Siluk (JES) melakukan aktivitas bagi anak-anak hingga orang tua untuk membuat kegiatan secara bergantian setiap hari Minggu.

Kuat (bertopi) memberikan penjelasan karya ‘Kabar dari Desa’ kepada WR-3 UWM, Kamis (13/10) sore. (Foto: Moh. Jauhar al-Hakimi)

Ruang kedua JES yang diberi nama Sekolah Sungai Siluk berjarak sekitar 300 meteran dari ruang pertama JES yang berada persis di bawah Jembatan Siluk. Ruang Sekolah Sungai Siluk baru dioperasikan pada bulan Maret 2020 dengan pembangunan bertahap mulai dari pendirian pendopo yang berfungsi sebagai ruang belajar bersama serta kedai dengan konsep angkringan yang dikelola oleh anak-anak muda karang taruna Desa Selopamioro yang terlibat dalam aktivitas JES.

“Di tempat yang baru ini (sekolah dan kedai Sungai Siluk) relatif lebih aman bagi anak-anak untuk belajar bersama. Ruang pertama (di kolong Jembatan Siluk) hanya digunakan untuk area bermain. Area belajar menggambar dan berkesenian pertunjukan dilakukan di sini. Begitu juga dengan perpustakaannya.” Kuat menjelaskan.

Lokasi Jembatan Edukasi Siluk I. (Foto: Moh. Jauhar al-Hakimi)

Diluar ketiga kegiatan tersebut seniman Bagong Subardjo kerap memberikan pelatihan seni pertunjukan kepada anak-anak. Dengan cara mendongeng selain mentransformasikan pengetahuan tentang seni, Bagong sekaligus memberikan pendidikan karakter dan budi-pekerti kepada anak-anak.

Di sela-sela kegiatan, relawan yang terlibat tidak henti-hentinya mengajak anak-anak untuk menjaga kebersihan tempat aktivitas JES dengan cara membuang sampah pada tempatnya. Pesan penting yang akan dibawa anak-anak nantinya: merawat apa yang dimiliki dari lingkungan sekitarnya dan menjaganya. Anak-anak semenjak dini diajak untuk "membaca" apa yang ada di sekitarnya. Sebuah pesan tentang kepedulian yang bisa disemi-kembangkan dimanapun nantinya.

Jembatan Edukasi Siluk sekaligus menjadi ruang presentasi anak-anak selama mereka beraktivitas di sana. Ketika anak-anak terus mengasah hobinya dalam berkesenian, tahap berikutnya adalah mengabarkannya kepada publik.

“September 2018 JES menggelar pameran seni rupa untuk pertama kalinya. Pesertanya anak-anak yang yang berkegiatan. Di JES tidak diikhtiarkan untuk menciptakan seniman, namun lebih pada memberikan ruang bagi anak-anak untuk berekspresi dan berkegiatan.” demikian dijelaskan Kuat.

Atas dasar hal itulah sejak 2018 JES membuat acara pameran tahunan dengan tajuk Pameran Sewu Lukisan Anak. Dari kerja kerasnya yang berkelanjutan pada September 2021 Taman Baca Masyarakat (TBM) Jembatan Edukasi Siluk (JES), meraih Penghargaan TBM Kreatif-Rekreatif dari Direktorat Pendidikan Masyarakat Khusus dan Pendidikan Khusus Kemendikbud Ristek Dikti.

Sebuah karya dua matra dalam medium plat eser finishing coating berukuran 200 cm x 122 cm dibuat Kuat pada tahun 2022 berjudul Kabar dari Desa saat ini sedang dipresentasikan di ruangan WR-3 UWM hingga 27 Oktober 2022.

“Jangan lupa 28 Oktober nanti  ada pembukaan Pameran Sewu Lukisan Anak yang Keempat. Seniman senior Djoko Pekik akan berpameran bersama anak-anak Sekolah Sungai Siluk. Silakan datang.” ajak Kuat.

Dari bantaran Siluk, Kuat menyampaikan Kabar dari Desa.


0 Komentar

    Kirim Komentar


    jogjastreamers

    JOGJAFAMILY

    JOGJAFAMILY

    JogjaFamily 100,9 FM


    SWARAGAMA 101.7 FM

    SWARAGAMA 101.7 FM

    Swaragama 101.7 FM


    UNIMMA FM 87,60

    UNIMMA FM 87,60

    Radio Unimma 87,60 FM


    SOLORADIO 92,9 FM

    SOLORADIO 92,9 FM

    Soloradio 92,9 FM SOLO


    RETJOBUNTUNG 99.4 FM

    RETJOBUNTUNG 99.4 FM

    RetjoBuntung 99.4 FM


    ARGOSOSRO FM 93,2

    ARGOSOSRO FM 93,2

    Argososro 93,2 FM


    Dapatkan Informasi Terpilih Di Sini