Seni & Budaya

Perlukah Yogyakarta Memanggil Kembali “Robot Goblok”?

Oleh : Moh. Jauhar al-Hakimi / Senin, 30 Januari 2023 16:16
Perlukah Yogyakarta Memanggil Kembali “Robot Goblok”?
Master komik “Robot Goblok” dipresentasikan di Studio Studio Pojok Ngasem UWM. (Foto : official doc. UWM)

Gudeg.net – “Komiklah yang memilih saya. Ha ha ha...” seloroh Terra Bajraghosa, seniman komik cum akademisi pada Program Studi Desain Komunikasi Visual ISI Yogyakarta dalam sebuah obrolan Podjok Ngopi di Studio Pojok Ngasem Universitas Widya Mataram (UWM) Yogyakarta, Selasa (7/1/2022).

Kecintaan Terra pada komik yang berawal dari ketidaksengajaan mengantarkannya bertemu dengan seniman dan komunitas komik indie di Yogyakarta. Karya pertamanya yang dibuat saat masih duduk di bangku SMA sekira tahun 1997 berupa lima eksemplar komik fotocopi yang dititipkan pada sebuah lapak di depan stasion Radio Geronimo yang menjual menjual kaos, tempat pensil, dan komik fotokopian.

“Saya benar-benar tertarik pada komik itu sejak SMA dan menganggap sebagai media untuk serius ditekuni. Ketika itu saya menemukan bukunya Marcell Boneff dan ketika masuk DKV ISI Yogyakarta ternyata komik tidak hanya seperti manga atau (komik) Marvell, namun apa-apa bisa disebut komik.” papar Terra dalam obrolan.

Terra Bajraghosa saat tampil pada Obrolan Podjok Ngopi di Studio Pojok Ngasem UWM, Selasa (7/1/2022). (Foto : official doc. UWM)

Tiga karya drawing series dalam medium pena, marker, dan digital print di atas kertas yang merupakan master dari karya komik Terra berjudul “Robot Goblok” dipresentasikan di Studio Pojok Ngasem UWM selama 21 Oktober hingga 2 November 2022. Master komik tersebut diproduksi menjadi sebuah booklet komik dengan judul yang sama berukuran 14,5 cm x 10 cm berisi 8 halaman dalam cetakan yang sederhana.

“Robot goblok adalah alter ego saya dalam berkomik.” jelas Terra.

Pada perhelatan Yogyakarta Komik Weeks (YKW) 2022 Terra membuat catatan kuratorial bahwa sampai saat ini banyak orang mengenal dan mengingat komik karena adegan-adegan aksinya, semisal kisah superhero dan silat. Karena sifat ruang komik yang terbatas, penggambaran potongan aksi demi aksi dalam tiap panel komik menjadi penting untuk menjalin cerita. Bukan hanya adegan aksi, media komik sendiri identik dengan transisi secara berurutan, atau sekuensial. Pergantian atau perubahan pada satu panel ke panel berikutnya menentukan jalannya cerita suatu komik.

“Komik Indonesia yang berkembang pada tahun 1970-an banyak dipengaruhi oleh komik Inggris yang terdiri dari dua panel. Keunikan komik lokal (Indonesia) ada pada muatannya yakni bagaimana penggambaran manusianya, settingnya, kemudian alur cerita dijalankan lantas masalah-masalah dipecahkan.” ujar Terra.

Dalam sebuah esainya berjudul Membaca Komik Mandiri, Melihat Perwujudan Bahasa dalam Komik yang Diterbitkan Secara Mandiri (2015), Terra memaparkan komik yang diintensikan sebagai karya naratif, bersandar pada kreasi kode untuk bisa dipahami oleh pembacanya. Komik yang dibuat sebagai karya ekspresi sekalipun nampaknya tidak akan terlepas dari kreasi kode ini, dan kemungkinan besar justru lebih berat level simboliknya meskipun mengingkari keinginan untuk bisa dengan mudah dipecahkan kodenya. Komposisi merupakan salah satu level dalam proses kreasi kode dalam pembuatan komik, selain Cerita, Enkapsulasi, dan Tata letak.

Salah satu halaman komik “Robot Goblok”. (Foto : official doc. UWM)

Komposisi komik juga memiliki beberapa elemen unik lainnya, yang ada hanya pada medium komik, yaitu 1. semua suara dalam komik harus diterjemahkan ke dalam bentuk visual, 2. perpaduan antara unsur linguistik dan piktorial, dan 3. gaya seni.

Dari jaman kertas, surat kabar, hingga saat ini selalu menyertakan adanya tempelan komik. Media sosial hari ini pun dipenuhi dengan komik. Hari ini keberadaan webcomic, webtoon, menjadi bukti bahwa ternyata tidak saling membunuh komik buku.

“Tantangannya justru bagaimana melahirkan banyak karya komik panjang selayaknya novel yang menceritakan kisah-kisah di Indonesia baik dalam penceritaan/gaya bercerita maupun visualnya, dihargai dan diapresiasi oleh pembacanya,” imbuh Terra.

Jalanan Yogyakarta dan Robot Goblok

Perempatan Wirobrajan Yogyakarta September 2005. Sebuah robot berbentuk kotak warna oranye seukuran manusia dengan gambar rambu zebra cross penyeberangan serta orang menyeberang dilengkapi dengan sirine dan lampu yang menyala berdiri di pinggir jalan dekat tempat penyeberangan. Persis di sebelah timur terdapat sekolah dasar berdampingan dengan sekolah menengah atas. Sekira 100 meteran dari zebra cross adalah lampu lalu lintas perempatan Wirobrajan.

Objek robot berbentuk kotak tersebut merupakan karya Terra Bajraghosa yang dibuat sebagai bagian dari proyek seni rupa di ruang publik “Aksi Re:Publik Art”. Karya berjudul “Robot Cross” tersebut menjadi satu kesatuan dengan karya “Halte Tunggu Jemputan” yang dibuat seniman-perupa Uji Handoko.

Karya-karya tersebut merespons sulitnya anak-anak menyeberang di jalan-jalan sekitar kota Yogyakarta secara aman. Jalanan yang tidak bersahabat dengan anak adalah persoalan yang coba diangkat oleh Terra tentang bagaimana membuat anak-anak merasa berhak atas trotoar dan jalan raya.

Robot tersebut mengingatkan bagaimana mobil dan kendaraan bermotor bukanlah sabahat penyeberang jalan.

Zebra cross bukan jalan para penyeberang, tapi tanda untuk kendaraan bermotor melaju kencang.” kritik Terra tujuh belas tahun silam.

Jalanan adalah protret Yogyakarta hari ini. Pagi hari saat orang menuju tempat beraktivitasnya ruas-ruas jalan dipenuhi kendaraan bermotor berikut beragam perilaku berkendaranya yang kerap menimbulkan kemacetan bahkan membahayakan keselamatan pengguna jalan lainnya. Pola yang sama berulang saat orang-orang pulang dari tempat beraktivitasnya menuju rumah.

Keruwetan dan kemacetan akan bertambah pada saat akhir pekan ataupun musim liburan sebagai konsekuensi dari kunjungan wisatawan, bertambahnya volume kendaraan, ruas jalan yang relatif tetap tanpa adanya penambahan yang berarti, jumlah kantong parkir yang tidak memadai sehingga trotoar, bahu dan badan jalan pun tidak luput dari kooptasi tempat parkir, ditambah lagi belum tumbuhnya kesadaran masyarakat dalam berlalulintas secara merata sehingga tidak jarang jalan raya menjadi wilayah yang rawan terhadap pelanggaran hukum yang bisa membahayakan penggunanya.

Bahkan zebra cross penyeberangan jalan pun mungkin sudah tidak aman lagi bagi orang dewasa. Saatnya ‘Robot Goblok’ hadir lagi untuk ikut menertibkannya?


0 Komentar

    Kirim Komentar


    jogjastreamers

    UNIMMA FM 87,60

    UNIMMA FM 87,60

    Radio Unimma 87,60 FM


    SWARAGAMA 101.7 FM

    SWARAGAMA 101.7 FM

    Swaragama 101.7 FM


    JOGJAFAMILY

    JOGJAFAMILY

    JogjaFamily 100,9 FM


    ARGOSOSRO FM 93,2

    ARGOSOSRO FM 93,2

    Argososro 93,2 FM


    RETJOBUNTUNG 99.4 FM

    RETJOBUNTUNG 99.4 FM

    RetjoBuntung 99.4 FM


    SWADESI ADHILOKA

    SWADESI ADHILOKA

    Handayani FM


    Dapatkan Informasi Terpilih Di Sini